Funeral

988 88 0
                                    

Serba hitam, pakaian yang mereka pakai, hingga langit di siang itu pun seolah tengah berduka.

"Semoga jiwamu tenang di alam sana" tukas pendeta yang telah selesai merapalkan doa di pemakaman yang mulia raja.

Regina masih menangis tersedu di pelukan Adrian, Ivana pun hanya berdiri diam di belakang mereka, menatap kosong ke tanah cembung kuburan yang mulia raja.

Sedang Adionel tengah menatap rumit makam ayahnya, Ariel malah melirik ke arah Ivana. Kejadian semalam masih begitu segar di ingatannya.

"HEI!"

Byuuuurrrr

Ariel langsung masuk ke kolam itu untuk menyelamatkan Ivana yang tiba-tiba melompat ke dalamnya.

"Ariel!" seru Adionel panik saat Ariel juga ikut melompat ke kolam itu. Ia menatap panik kolam itu beberapa saat sebelum akhirnya bernafas lega ketika Ariel muncul ke permukaan, dengan Ivana di rangkulannya.

Untungnya kolam ini tidak terlalu dalam, jadi Ariel masih bisa melakukan sesuatu. Jika tidak, mungkin ia juga akan tenggelam karena ia tidak bisa berenang.

"Ariel! Kau tidak apa-apa?" ucap Adionel segera menghampirinya.

"Aku tidak apa-apa Adionel, nyawa perempuan ini dalam bahaya" ucap Ariel mulai melakukan CPR dengan memompa dada Ivana.

"Sial, seharusnya aku berlari lebih kencang lagi" maki Ariel di dalam hati.

"Uhuk uhuk"

Ariel langsung bernafas lega saat Ivana  terbatuk mengeluarkan air yang masuk ke dalam tubuhnya.

Sedang Adionel masih tidak bisa mencerna keadaan, kenapa Ariel menyelamatkan perempuan ini? Tidakkah jika perempuan ini tidak ada, maka masalah mereka akan berkurang satu?

"Syukurlah, kau tidak apa-apa? Apa ada yang terluka?" tanya Ariel peduli seraya mengulurkan tangannya pada Ivana.

Plak

Baik Ariel maupun Adionel terkejut saat Ivana menepis kasar tangan Ariel. "Jangan sentuh aku! Kenapa kau menyelamatkanku? Kalian para bangsawan semuanya sama saja! Hanya bisa memanfaatkan dan menginjak-injak orang biasa!" 

Adionel hanya diam, apa yang bisa ia katakan? Jika bangsawan yang gadis itu temui adalah Adrian dan Regina, tentu saja ia akan berpikir seperti itu. Adionel pun tidak tahu harus berkata apa untuk meyakinkan gadis ini bahwa mereka tidak ada niatan jahat sama sekali. Ivana telah terlanjur membenci mereka sebelum mereka kenal.

"Aku bukan bangsawan! Aku sama saja denganmu, bahkan mungkin lebih parah lagi. Hanya saja takdir mengujimu dengan hal yang lebih berat, tapi bukan berarti aku tidak mengeerti penderitaanmu" ucap Ariel meyakinkan Ivana.

Ivana, yang tengah berada di posisi rawan, posisi dimana ia tengah dihadapkan dengan dua pilihan. Siapa yang harus ia pilih? Adrian dan Regina yang jelas-jelas menganggapnya tidak lebih dari sebuah alat, atau sepasang musuh Adrian yang tengah menatap iba kepadanya saat ini?

"Hiks"

Ivana menangis, ia tidak tahu harus melakukan apa. Rasanya setiap langkah dan keputusan yang ia ambil adalah salah. Rasanya kemanapun ia melangkah hanya ada jebakan buaya. 

"Aku hanya ingin hiks sosok ayah untuk putraku, hiks apa aku terlalu banyak menuntut? Hiks mereka hanya memanfaatkanku saja, semuanya demi takhta. Dan setelah itu aku akan diperalat seumur hidup hiks" 

Ariel dan Adionel saling menatap, mereka langsung mengerti apa maksud Ivana. Jika Adrian berhasil menaikki takhta raja, maka Ivana otomatis akan menjadi ratu. Namun mahkota di kepalanya hanyalah sebuah pajangan, Ivana hanya akan menjadi hiasan di kursi ratu. 

I Wrote This StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang