Alice

1.2K 112 1
                                    

Perjalanan pulang terasa lebih singkat daripada saat mereka berangkat, membawa kemenangan di tangan mereka dan disambut meriah oleh para penghuni kediaman Aquillio.

Ariel, Dion dan Leon pulang dengan selamat.

Dap dap dap

Suara derap kaki yang berlari menelusuri koridor, dari jauh mereka melihat siluet anak kecil yang berlari ke arah mereka.

Senyum Ariel seketika merekah, itu adalah anak perempuan yang tempo hari mereka rawat. Kondisinya nampak lebih baik, terlepas dari kepergian sang ibu, Ariel yakin para pelayan di mansion ini merawatnya dengan penuh kasih.

"Halo adik manis, bagaimana kabarmu? Apa kau bermain dan bersenang-senang dengan para kakak maid?" tanya Ariel berjongkok menyamakan tinggi mereka.

Anak perempuan itu mengangguk dengan wajah merona malu-malu, Ariel pun tersenyum padanya. "Syukurlah, ayo masuk. Apa kau mau coklat panas? Dan kue jahe? Ah bagaimana kalau kita blablablabla"

Dion dan Leon hanya tersenyum kecil menatap interaksi Ariel dan anak perempuan itu. Seolah senyuman adalah sesuatu yang bisa menular.

Kepulangan mereka disambut dengan sangat hangat.

~~//~~

"Apa kau sudah membicarakannya pada ibu dan ayah? Terutama Rosaline"

Kini Ariel dan Leon tengah berbincang mengenai adopsi anak perempuan itu, tanpa Dion. Karena pria itu tengah menemani si anak manis bermain. Atas perintah Ariel tentunya.

Leon, duduk menyesap teh di meja kerjanya seraya fokus membaca selembar kertas di tangannya. "Aku sudah mengirim dua surat ke ibukota, satu ke kastil Aquillio dan satu lagi ke butik O'Brien. Aku yakin mereka sudah mendapat surat itu sekarang" ucap Dion.

Ariel mengangguk, "Jujur aku terkejut atas keputusanmu ini Leon, maksudku jika kau ingin merawat dan membiayai hidup anak itu maka aku akan mengerti. Tapi mengadopsinya itu sudah urusan yang berbeda. Dan kau tentu tau hal itu"

Leon terdiam sejenak, sekelebat ingatan saat dirinya yang masih kecil hampir diculik dan dicelakai oleh para asasin yang mengincar keturunan Aquillio pun melewati ingatannya. Saat itu, beruntung dirinya bisa kabur meski dalam kondisi terluka parah, dan seorang wanita datang mengaku sebagai ahli obat-obatan.

Wanita itu merawat Leon hingga sembuh di gubuk kecilnya, hingga akhirnya pasukan Snowhawk datang dan menjemputnya. Hingga sekarang Leon masih mencari keberadaan wanita itu saat ia berkunjung ke Utara, wilayah kekuasaan Aquillio.

Entah kenapa, saat melihat ibu dari anak itu, ingatan Leon akan wanita yang pernah menyelamatkannya pun melintas. Ya, Leon tidak tahu dan tidak memiliki bukti konkrit bahwa ibu dari anak itu memanglah wanita yang sama, tapi setidaknya ia sudah berniat baik.

Jika memang benar mereka adalah orang yang sama maka Leon bisa lega karena telah membalas budinya, namun jika tidak pun dirinya tidak akan merugi karena mengadopsi anak kecil itu. Lagipula apa salahnya berbuat baik?

Setidaknya sampai anak itu sudah dewasa, memiliki kemampuan untuk menghidupi dirinya sendiri dan kemampuan untuk membuat keputusan, maka Leon akan bertanggung jawab untuk menghidupi dan mendidiknya.

Menyadari Leon yang membisu, Ariel hanya menghela nafasnya pelan. Ia tahu ada sesuatu, namun Ariel merasa lebih baik untuk tidak bertanya. Ia ingin Leon yang cerita dengan sendirinya.

"Ngomong-ngomong kita tidak tau nama anak itu, dia juga tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun jadi aku pikir dia bisu" ucap Ariel.

Leon mengangguk, "Kau benar, tapi tak perlu terburu-buru. Untuk sekarang biarkan anak itu beradaptasi dengan sekitarnya terlebih dahulu" ucapnya.

I Wrote This StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang