Keesokkan harinya,
Tok tok tok
"Masuk"
Ceklek
"Selamat pagi nona, saya membawakan air hangat untuk anda" ucap Jane yang masuk ke kamar Ariel dengan baskom berisikan air hangat untuk mecuci muka.
Ariel, yang nampak sudah duduk di kasurnya pun hanya tersenyum, "Terima kasih" ucapnya kemudian membasuh muka dengan air hangat itu.
Ariel, entah sejak kapan Jane merasakan hal yang berbeda darinya, gadis itu memang ramah seperti biasa namun entah kenapa energinya seolah tersisa setengah, "Anda baik-baik saja nona?" tanya Jane.
Ariel tersenyum kecil, "Tentu saja" jawabnya singkat setelah mengelap wajah basahnya dengan handuk bersih.
Tidak ingin memperdalam percakapan, karena Jane sadar diri bahwa itu adalah sesuatu yang tidak seharusnya ia ketahui, Jane pun berbalik, "Saya akan siapkan air hangat untuk anda mandi" ucapnya.
"Terima kasih Jane" ucap Ariel yang bersiap untuk turun dari kasurnya da menyambut pagi. Namun tatapannya beralih ke nakas di sebelah kasurnya. "Apa ini?" gumamnya melihat sebuah amplop polos tanpa tulisan.
'Di dunia sebelumnya, amplop seperti ini biasanya kosong' batin Ariel meraih amplop itu dan membukanya.
Sebuah surat, Ariel pun semakin penasaran dan membaca surat itu kata demi kata.
Setelah selesai, Ariel hening sejenak, melirik ke arah jam yang menunjukkan pukul 7 pagi, sedetik kemudian ia berlari ke kamar mandi, "Jane aku mandi sekarang!" serunya membuka pakaiannya.
"Ya?! N-nona air hagatnya-"
"Sudah tidak perlu, aku harus mandi dan segera berangkat" ucap Ariel segera masuk ke bathub berisi air yang tentu saja masih dingin itu.
"Berangkat? Kemana nona?" tanya Jane
"Bertemu lady Vorxon"
Beberapa saat kemudian, di ibukota Hasgan, di sebuah tempat makan terkenal yang sedang hits di kalangan para lady. Dua orang gadis yang sepintas terlihat mirip namun tidaklah sama.
Yang satu mengeluarkan aura dingin tak tersentuh, sementara yang lainnya nampak canggung tak tahu bagaimana harus bersikap.
"Eum... maaf, boleh saya tau alasan anda ingin menemui saya?"
Ariel membuka suara setelah beberapa menit kecanggungan mengelilingi keduanya. Sedang Azalea hanya menyesap tehnya santai, kemudian menatap Ariel serius dengan mata tajamnya.
"Kau, bukan manusia biasa kan?" ucap Azalea membuat Ariel terkejut.
"Maaf, saya tidak mengerti apa yang anda bicarakan" ucap Ariel pura-pura bodoh.
"Suku Ghandhafar yang terkenal bisa berubah wujud menjadi singa dan digadangkan hanyalah mitos, ternyata benar-benar ada. Dan ayahmu adalah salah satunya" ucap Azalea, menyisakan Ariel dengan wajah bingungnya.
"Atau ibumu?" ucap Azalea semakin menekan ucapannya, menatap Ariel dengan mata sedingin dan setajam belati es itu.
"Lady, saya tidak tahu apa yang anda dengar tentang saya. Ayah saya memanglah berasal dari suku Ghandafar tapi saya hanyalah anak angkat, jadi saya rasa ucapan anda barusan tidaklah benar adanya. Saya hanya manusia biasa" ucap Ariel masih ingin menutupi identitas aslinya, ia takut jika orang-orang ini mengetahui bahwa dirinya 'berbeda' maka hal tersebut akan berdampak pada takhta Adionel.
"Kalau aku bilang, aku tau siapa ayah kandungmu, apa kau akan percaya?" tanya Azalea kini bersandar di tempat duduknya.
Ariel menatap Azalea rumit, bohong jika ia bilang bahwa dirinya tidak penasaran, bagaimana dan siapa orang tua kandungnya di dunia ini. Tapi saat hal itu kelaur dari mulut Azalea, perempuan yang hanya ia ketahui nama dan wajahnya, rasanya Ariel takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wrote This Story
Fantasy[Spin off of I Was The Evil Witch] [HIATUS] [Lanjut kalau mencapai 100k reads] Tidak mungkin! Aku bergegas keluar dari kamar mewah itu, kaki kecilku berlari tanpa arah dan tujuan, mencari jawaban dari spekulasi gilaku. Tidak mungkin, kau pasti berbo...