Chocolate Cookies

1.5K 169 1
                                    

Aku menoleh mendapati Hannah yang baru saja masuk ke kamarku. "Nona, tuan, ada apa ini?!" tanya Hannah panik.

Aku pun melepas cekikanku, Leon terbatuk-batuk karena mungkin aku mencekiknya terlalu kuat(?) Cih, lemah.

"Hannah, dia memakan kue coklatmu. Kan kau membuatnya untukku, tapi dia memakannya" ucapku manja pada Hannah.

Hannah pun terkekeh, "Ya ampun, nona saya bisa membuatkan kue itu sebanyak yang anda mau. Jangan khawatir" ucap Hannah.

"Tapi kan kau sibuk dengan pekerjaanmu yang lain, aku tidak enak jika harus menambah pekerjaanmu lagi" ucapku cemberut.

Lagi-lagi Hannah terkekeh, "Lagipula saya disini untuk bekerja nona, yaitu melayani keluarga ini. Jadi sudah tugas saya jika nona memerlukan bantuan" ucapnya.

Aku menatap Hannah dengan binar kagum, "HANNAH NIKAHI AKU!" ucapku memeluk Hannah erat seraya berputar-putar karena terlewat senang.

Hannah yang menjadi pusing karena aku berputar-putar pun menjawab, "Nona saya sudah menikah! Tolong berhenti, saya pusing!" ucap Hannah.

Aku pun menghentikan tingkah kekanakanku, astaga bagaimana bisa aku lupa kalau Hannah sudah menikah. "Hehe, maaf" ucapku. "Ah kau tadi membawa apa? Aku sampai lupa karna kakak sialan itu" ucapku sinis pada Leon.

Sedang empunya nama nampak tidak peduli dan masih melanjutkan membaca bukunya sambil berbaring miring di atas sofa, tangan yang satu memegang buku, tangan yang lain menahan kepalanya seraya sesekali mengambil kue di meja. Oh astaga, orang ini adalah calon gran duke? Haha, turut berduka cita.

"Oh ini, tidak terlalu penting nona. Hanya beberapa surat yang baru saja datang" ucap Hannah mengambil nampak yang barusan ia letakkan di nakas.

Aku menatap nampak itu melotot, "Te-tepatnya ada berapa surat disitu Hannah?" tanyaku.

"Hmmm saya tidak yakin, tapi sekitar 30an nona" jawab Hannah santai nan polos.

"APAAAA?!"

Ya, hari ini akan menjadi hari yang panjang.

~~//~~

Setelah selesai menyortir surat-surat itu, aku pun beristirahat di taman belakang seraya menikmati kue coklat buatan Hannah dan secangkir teh.

"Haaaahhh" aku menghela nafasku panjang seraya menyandarkan punggungku di kursi taman di bawah pohon apel rindang.

"Hari yang melelahkan?"

Aku langsung menegapkan kembali punggungku, mendapati Raphael yang tengah berjalan santai ke arahku dengan kedua tangannya di belakang. Ia tersenyum padaku dengan manisnya, senyum khas seorang ayah.

"Ayah sudah kembali? Cepat sekali" ucapku seraya membersihkan kursi di sebelahku dari dedaunan untuk Raphael duduk.

"Terima kasih" ucap Raphael sebelum menduduki kursi di sebelahku, aku pun ikut duduk setelah ia duduk. "Ya, urusan di istana hari ini tidak terlalu repot. Jadi ayah dan ibu bisa pulang cepat" jelas Raphael.

"Syukurlah, apa ayah dan ibu sudah makan siang? Tadi Ariel dan Leon sudah makan siang duluan" ucapku. "Ah ayah harus mencoba kue coklat Hannah, sangat enak. Hannah membuat banyak sekali" ucapku menawarkan sepiring kue coklat itu.

Raphael pun terkekeh mengambil salah satu kue itu, sedang aku hanya menatapnya bingung. 'Apa ada yang lucu?' batinku.

"Jika melihatmu yang sekarang, begitu banyak bicara dan tingkah, rasanya ayah tidak percaya kalau kau adalah anak yang sama dengan yang waktu itu" ucap Raphael seraya mengigit kue coklat itu dan mengangguk-angguk tanda bahwa kue itu memang enak.

I Wrote This StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang