Malam yang sunyi, Hannah menutup pintu kamarku setelah menyiapkan diriku untuk tidur. Itu satu jam yang lalu, aku tidak bisa tidur karena tengah bergulat di dalam pikiranku.
Ada apa sebenarnya dengan Dion?
Dalam satu malam sikap dan sifatnya berubah, seolah ia adalah orang lain. Atau jangan-jangan memang dari awal sikapnya sudah seperti itu? Mungkin saja Dion hanya berpura-pura selama ini?
Tapi, apa benar ia berpura-pura?
"Tidak bisa tidur?"
Aku terperanjat hampir berteriak saat mendengar suara familiar itu dari arah balkon. "Si-siapa?!" ucapku bersembunyi di balik selimut.
"Riel"
Tubuhku seketika membeku, hanya satu orang di mansion ini yang memanggilku seperti itu, perlahan aku turunkan selimut yang menutupi wajahku, mataku membelalak terkejut menatap siapa yang saat ini tengah berdiri dengan santainya di hadapanku.
"Dion? Sedang apa kau- tunggu, kau masuk lewat mana?" tanyaku baru sadar bahwa Dion muncul dari balkon, jarak kamarnya dan kamarku memang bersebelahan, tapi anak 10 tahun mana yang bisa melompat antara dua balkon yang jaraknya lebih dari 5 meter?
"Aku besok akan pergi" kini Dion melangkah mendekatiku, tatapannya begitu dalam, berbeda dengan tatapan kosong tak berjiwa yang kulihat siang tadi. Iris keunguan dengan sedikit gradasi oranye di bawahnya itu terlihat lebih bercahaya di dalam kegelapan.
Kini Dion berdiri tepat di sebelah ranjangku, tangannya terulur hendak meraih kepalaku, namun aku tak mampu mengelak. Aku terlalu larut dalam tatapan itu dan hanya diam saat Dion memegang kepalaku.
Tangan yang hangat, hanya itu yang aku rasakan.
"Dengan ini, tidurmu akan lebih nyenyak, lukamu tidak akan menyakitimu kembali, kau akan tenang" ucap Dion dengan suara menenangkannya.
Penglihatanku pun mulai mengabur, entah kenapa rasanya aku mengantuk sekali, seolah hari ini adalah hari paling melelahkan dalam hidupku. Dan pemandangan terakhir yang tertangkap oleh penglihatanku adalah Dion, mencium ujung suraiku sebelum berbalik pergi keluar dari kamar ini melalui balkon.
"Tunggu..."
~~//~~
"Hah!"
Aku terbangun, tanpa sadar aku langsung tertidur semalam. 'Jam berapa ini?' batinku melihat ke arah jendela yang tengah dibuka oleh Hannah.
Hannah yang menyadari bahwa aku sudah bangun pun menoleh, "Ah nona anda sudah bangun ternyata, akan saya siapkan air hangat untuk anda membasuh muka" ucap Hannah mengambil baskom kaca yang biasa digunakan untuk membasuh wajahku setelah bangun.
"Dion..."
Hannah yang baru saja hendak keluar kamar pun berbalik, "Hm? Anda mengatakan sesuatu nona?" tanya Hannah.
"Dion, dia sudah berangkat?" tanyaku.
"Oh tuan Dion? Saintess dan putra mahkota bersama tuan Dion sudah berangkat barusan nona, saintess berniat membangunkan anda namun tuan Dion melarangnya. Tuan Dion bilang 'biarkan dia tidur, sudah lama dia tidak tidur nyenyak' begitu" jelas Hannah menriukan ekspresi kosong Dion sebelum akhirnya kembali berbalik untuk keluar dari kamar.
Aku terdiam kemudian menunduk lemas, Dion sudah pergi? Di saat aku memiliki berbagai pertanyaan untuknya? Setidaknya berilah aku penjelasan! Kau itu siapa? Sialan!
~~//~~
"Pagi" sapaku hangat pada keluargaku yang sudah berada di meja makan untuk sarapan.
"Selamat pagi putriku" balas Althea anggun, seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wrote This Story
Fantasy[Spin off of I Was The Evil Witch] [HIATUS] Tidak mungkin! Aku bergegas keluar dari kamar mewah itu, kaki kecilku berlari tanpa arah dan tujuan, mencari jawaban dari spekulasi gilaku. Tidak mungkin, kau pasti berbohong. "Ah, Ariel? Putri kecilku sud...