Start

900 88 0
                                    

Malam yang sunyi, Ariel duduk di sofa kamarnya menghadap keluar jendela. Menikmati langit malam Hasgan yang cerah dihiasi bintang-bintang.

Ia tak bisa tidur, besok adalah hari dimana pertandingan takhta dimulai. Dan sudah menjadi kebiasaan buruk Ariel terlalu memikirkan sesuatu yang belum terjadi.

Tapi di sisi baiknya, ia selalu siap dalam segala konsekuensi. Seburuk apapun itu.

"Hmm haruskah aku membawa senjata untuk berjaga-jaga?" gumamnya tengah memikirkan konsekuensi terburuk yang bisa saja terjadi.

Namun hal lain malah mengusik pikirannya, Ariel pun menghela nafasnya panjang seraya menyandarkan punggungnya ke sofa. Menyesap teh hangat yang beberapa waktu lalu ia minta pada Jane.

Namun Ariel sedikit terkejut saat teh itu datang dengan selembar kertas berisi satu kalimat di dalamnya.

'Jika aku mati, tolong jaga putraku'

Sebuah surat, yang ia tahu betul siapa pengirimnya.

"Apa yang wanita itu rencanakan?"

Keesokkan harinya,

Hari ini adalah hari dimana pertandingan untuk memperebutkan takhta dimulai, kedua pangeran bersama wanita mereka. Sang ratu hadir untuk memberikan berkat dan restu kepada kedua pangeran.

Ia berjalan mendekati mereka, dan berhenti di hadapan Ivana dengan tatapan tajamnya. Memeluk Ivana dan berbisik, "Jika kau mengacaukan semuanya, kau tau anakmu dalam bahaya" ucap Regina suram.

Jantungnya berdegup kencang, Ivana melirik ke arah belakang dan melihat Jane yang tengah menggendong putranya. Dengan gemetar ia mengangguk perlahan mengiyakan ucapan Regina.

Regina pun melepas pelukan mereka, kemudian memberikan berkat dan mendoakan keselamatan mereka satu per satu. Tentu ia tidak bisa menghapus kesan 'Ratu Baik' di depan publik, terutama di depan Nevario.

Saat Regina berhenti di depan Ariel, bibirnya tersenyum walau matanya menatap Ariel begitu rendah. Meremehkannya, begitu yakin bahwa putranya akan memenangkan pertandingan ini.

Ariel di sisi lain, terlepas dari kesan lady polos penakut nan pemalu yang ia miliki selama ini, membalas senyum Regina dengan percaya dirinya. Seolah mengatakan bahwa Regina tidak perlu repot-repot karena Ariel yakin bahwa ia dan Adionel yang akan menang.

Regina, seolah menyadari sifat asli Ariel, pun langsung melanjutkan langkahnya dan berlalu kembali ke sisi dayangnya.

"Dengan ini, pertandingan dimulai. Pangeran Adrian ambil jalan ke kiri, dan pangeran Adionel ke kanan. Para prajuritku akan melakukan patroli setiap malam secara diam-diam. Jadi jika kalian mati, kami akan segera mengetahuinya" ucap Nevario dengan santainya.

"Pemenangnya adalah siapapun yang bisa keluar dari hutan ini dalam sepuluh hari, dalam keadaan selamat. Baik peserta maupun pasangannya" tukas Nevario.

Oh jangan harap Nevario akan membantu mereka dalam hal ini, semua perlengkapan dan kebutuhan pun mereka bawa sendiri dan tidak disediakan oleh Nevario.

Kedua pasangan itu pun berangkat menelusuri jalan yang ditunjukkan untuk mereka.

Jujur Ariel sedikit takut, akankah ia bisa menemani Adionel sampai akhir pertandingan ini tanpa menjadi beban? Tidak, ia tidak boleh ragu pada dirinya sendiri.

Ariel menarik nafas panjang, menenangkan dirinya sendiri. Tangannya terulur meraih tangan Adionel dan menggenggamnya erat.

Adionel, menyadari Ariel menggenggam tangannya pun membalas genggaman itu tak kalah eratnya. Seolah meyakinkan Ariel bahwa semuanya akan baik-baik saja.

I Wrote This StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang