Burung berkicau menyambut hari, pagi yang cerah, rintik embun berjatuhan setelah membasuh dedaunan di dahan. Cahaya mentari menjadi sarapan bagi para tumbuhan di yang diterpanya, juga membangunkan sepasang mata yang tengah tertidur lelap di kamarnya.
"Selamat pagi" sapa seorang wanita dengan surai merah bergelombang yang ia ikat rendah. "Sarapan sudah siap" ucapnya seraya meletakkan nampan di atas nakas, dan mengusap lembut kepala bersurai putih yang masih terbaring di kasur.
Anak itu, Luz, mengucek matanya seraya ia menguap, tersenyum kecil pada Jane yang sedang menyiapkan sarapannya.
"Keretanya datang, aaaaaa" Jane memegang sendok yang berisi sup krim daging hangat itu naik dan turun hingga akhirnya mendarat di dalam mulut Luz. Matanya berbinar dengan antusias saat ia rasakan sup hangat nan lezat itu di indra perasanya, dan hal itu berhasil membuat Jane tersenyum.
Jane kembali menyuapi sup itu untuk Luz, desir hangat kembali mengaliri sekujur tubuhnya saat melihat betapa bahagianya Luz saat memakan makanan yang seharusnya terlalu biasa untuk seorang pangeran. Luz seharusnya mendapat perlakuan yang jauh lebih baik dari ini, tapi ia tidak merengek, tidak menangis, Luz adalah anak yang kuat.
Jane bertekad, selama ia berada di istana ini dan menjalankan misinya, ia juga akan memperhatikan nutrisi Luz dan menjaganya. Setidaknya sampai Ariel dan Dion memberikan perintah selanjutnya.
"Wah, sudah habis. Pintarnya" ucap Jane mengusap kepala Luz, ia mengambil segelas susu di nakas dan memberikannya kepada Luz yang meminumnya hingga tandas.
Jane bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan semua ini. Di istana utama biasanya para pekerja sudah bangun pagi buta untuk menyiapkan sarapan, begitupun disini. Namun saat Jane menanyakan apakah sarapan untuk pangeran sudah siap, para pekerja malah memberinya sepotong roti keras, sup dingin yang sepertinya sisa semalam, dan secangkir air yang entah asalnya dari mana.
Hati Jane mencelos, beginikah mereka memperlakukan Luz selama ini? Wajar tubuhnya begitu kering dan kurus. Menolak makanan yang disiapkan oleh pelayan lain, Jane memasak sendiri sarapan untuk Luz. Persetan dengan konsekuensi, ia bisa saja meracuni seisi istana ini jika ia mau. Namun tentu Jane tidak segila itu, belum.
"Apa kau mau mandi?" tanya Jane, dan Luz pun ragu-ragu mengangguk. Jane tersenyum kecil sebelum kembali beranjak untuk menyiapkan air hangat untuk Luz mandi, lengkap dengan sabun beraroma camomile yang menenangkan.
Sementara Luz mandi dan main air, seekor burung dara mendarat di jendela kamar itu. Jane menyadari bahwa burung itu adalah milik sang raja, dengan cepat ia mendekatinya dan mengambil sebuah kertas kecil yang terikat di kaki burung itu. Surat dari Ariel.
Jane membaca isi surat itu dan dengan cepat menyiapkan kertas dan pena miliknya, ia menulis balasannya dalam kurang dari satu menit dan menggulung kertasnya, kembali mengikat kertas itu di kaki burung tadi dan membiarkannya terbang.
Jane berbalik seraya menggulung lengan gaun maidnya dan lanjut membantu Luz membersihkan tubuhnya.
Di istana utama,
"Bagaimana?"
Ariel beranjak dari sofa di ruang kerja Dion dan berjalan mendekati sang suami yang baru saja membuka gulungan kertas di tangannya.
"Buruk, mereka memperlakukan Luz tidak selayaknya memperlakukan seorang pangeran. Dan, Ivana..." Dion menggeleng seraya menghela nafasnya kasar, entah kenapa ia tidak terkejut.
"Ivana? Ada apa dengannya?"
Raja Hasgan itu berbalik menatap sang ratu, "Kau tau Ariel? Tidak semua orang di dunia ini bisa menahan diri akan keserakahan" ucapnya mulai berkhotbah.
![](https://img.wattpad.com/cover/353413560-288-k517724.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wrote This Story
Fantasy[Spin off of I Was The Evil Witch] [HIATUS] Tidak mungkin! Aku bergegas keluar dari kamar mewah itu, kaki kecilku berlari tanpa arah dan tujuan, mencari jawaban dari spekulasi gilaku. Tidak mungkin, kau pasti berbohong. "Ah, Ariel? Putri kecilku sud...