New

711 71 1
                                    

"A-adionel? K-kau tidur disini semalam?" tanya Ariel gugup langsung turun dari kasurnya. 

"M-hm" jawab Adionel masih tersenyum manis pada Ariel, berbaring miring dengan salah satu tangannya yang menopang kepala. 

Ariel berkeringat dingin, entah kenapa ada hal yang berbeda dari Adionel saat ini, padahal pria itu baru mengucapkan 1 kalimat padanya. Cara Adionel menatapnya, gerak gerik tubuhnya, senyumnya, cara ia menyapa- tunggu, dia memanggil Ariel apa tadi? "A-adionel?" panggil Ariel sekali lagi.

"Ya, Rielku?" jawab Adionel.

Ariel seketika membeku, menyadari bahwa pria di hadapannya saat ini bukan Adionel yang sama. "K-kau!" seru Ariel menunjuk Adionel seraya membelalak terkejut. "B-bukan Adionel?" lanjutnya berbisik takut karena saat ini Adionel sudah berdiri dan berjalan ke hadapannya. 

"D-d-dion- kau Dion kan?" tanya Ariel, tidak salah lagi, mata itu, cara pria ini menatapnya, Adionel pemalu tidak akan pernah mampu melakukan ini semua. Dan tanpa ia sadari, kini dirinya sudah berada di sudut kamar, tak bisa mundur lagi.

Dion mengungkung tubuh Ariel di antara kedua tangan kekarnya, belahan dada itu membuat Ariel salah fokus, kenapa orang ini tidak mengancing kemejanya? "Menikmati pemandangannya?" tanya Dion dengan senyum menggoda.

Blush

Ariel merona padam, ingin berlari tapi kakinya terasa lemas, dengan cepat ia berbalik dan menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Dion menarik kedua tangan Ariel dengan mudahnya, menahannya di tembok agar Ariel tak lagi menutupi wajahnya. "Rielku" suara rendah itu berbisik menyebut namanya, nafas itu menderu di tengkuknya, membuat Ariel semakin merona ditambah merinding ketakutan. 

Perlahan Ariel menatap wajah Dion dengan wajah bersemunya, iris bagai aurora itu menatap mata senja Dion dengan memelasnya, membuat Dion semakin menggila ingin segera menerkam gadis ini.

Namun sesuatu menahan hasratnya, "Ukh!" Dion melangkah mundur mengerang sakit memegang kepalanya tiba-tiba, Ariel pun sontak khawatir.

"D-dion?" panggil Ariel yang masih takut namun tetap mendekati Dion karena khawatir.

"Ukh, Ariel" ucap Dion yang kini terduduk di kasur masih memegang kepalanya yang terasa seperti berputar-putar.

Baiklah sekarang Ariel kembali merasakan perubahan pada suara pria di depannya ini, "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Ariel bingung.

Adionel mendongak, matanya tidak lagi memiliki gradasi warna seperti tadi, hanya ametyst seperti sedia kala. "Adionel?" panggil Ariel.

"Hm?" jawab Adionel yang nampaknya masih menahan rasa sakit di kepala. "Maaf soal tadi Ariel, pria itu sangat sulit dikendalikan" ucapnya.

"Jadi benar? Tadi itu Dion?!" tanya Ariel tidak percaya.

"Ya, begitulah" jawab Adionel memijat pelipisnya yang berdenyut.

"Tapi bagaimana? Kalian kan-"

"Ceritanya panjang, maaf membuatmu terkejut" ucap Adionel memotong. Ia berdiri dari kasur dan berjalan hendak keluar, "Sebaiknya kau juga siap-siap, hari ini kita akan sibuk" ucap Adionel.

Sedang Ariel yang masih belum bisa mencerna informasi sebelumnya, kini semakin bingung akan ucapan Adionel. "Sibuk? Untuk apa?"

Adionel berbalik menatap Ariel dengan kedua alisnya yang naik, "Kau lupa? Minggu depan kita menikah"

~~**~~

'Ugh Ariel bodoh, bagaimana bisa kau lupa kalau minggu depan adalah pernikahanmu' batin Ariel memaki diri sendiri.

I Wrote This StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang