"Bibi Riel?"
Ariel berbalik saat suara lembut itu memanggil namanya, senyumnya seketika merekah saat mendapati keponakan manisnya datang. "Alice!" serunya bersemangat menghampiri Alice yang berdiri di depan pintu kamar bersama Yuki.
Ya, Leon mengangkat Yuki menjadi dayang pribadi Alice sejak mereka mulai pindah dari mansion Aquillio di Utara ke kastil yang berada di ibukota.
Alice, anak itu sudah berusia 9 tahun sekarang. Tumbuh menjadi anak perempuan yang baik dan manis, tutur katanya begitu halus, pun gerak geriknya. Kadang Ariel khawatir melihat Alice yang terlalu lembut ini akan terjun ke kehidupan para bangsawan yang penuh dengan kekejaman. Tapi mari singkirkan itu sejenak dan nikmati masa-masa pertumbuhan keponakannya yang sedang lucu-lucunya ini.
"Halo halo cantikkuu, oh ya ampun Alice hari ini cantik sekaliii! Bibi jadi ragu untuk mengajak Alice, takut nanti Alice malah diculik oleh pangeran tampan" ucap Ariel mengusap-usap pipinya ke pipi Alice.
Alice, yang sudah biasa menjadi korban usap-usap pipi pun hanya pasrah. "Kata ayah, jika ada lelaki yang memaksa membawa Alice pergi, maka tendang saja selangkangannya" ucap Alice dengan nada polosnya.
Ariel sontak membelalak tidak percaya, "Ayahmu mengajari itu?" tanya Ariel. Alice pun hanya mengangguk pelan dengan senyum kecilnya.
Wajah termanga Ariel pun berubah menjadi senyum mentari yang menampilkan sederet gigi rapihnya, "Bagus! Bibi dukung!" ucap Ariel seraya mengacungkan jempolnya. "Dan jangan lupa jika ada yang jahat padamu, adukan pada bibi".
Alice memiringkan kepalanya lucu dengan wajah bingung, "Untuk apa?" tanyanya.
"Tentu saja agar bibi juga bisa menendangnya"
Hannah dan Yuki yang berada disana, mendengar seluruh percakapan mereka, pun hanya mampu menggeleng kepala. Keluarga Aquillio ini memang agak ajaib dan di luar nalar.
"Permisi, keretanya sudah siap nona" ucap Heinry yang kini mulai terlihat tanda penuaan.
Mereka semua pun menoleh, "Ah baiklah" ucap Ariel berdiri. "Ayo sayang" lanjutnya mengulurkan tangan pada Alice.
Alice pun dengan lembutnya mengamit uluran Ariel dengan tangan kecilnya. Mereka pun berjalan menuju kereta kuda yang sudah disiapkan di depan kastil, dengan Heinry yang memimpin di depan, beserta Yuki dan Hannah yang berjalan di belakang mereka.
Sesampainya mereka di pintu kastil, dimana kereta kuda sudah siap dan Ariel baru saja hendak naik dibantu oleh Heinry, sebuah suara menghentikan mereka.
"Alice, Ariel"
Mereka yang ada disana menoleh, para pelayan dan pekerja pun langsung menunduk memberi hormat.
"Ah Rosaline, ada apa? Astaga hati-hati" ucap Ariel yang mengurungkan niatnya untuk naik ke kereta dan langsung berlari menuju kakak iparnya.
"Alice melupakan sapu tangannya" ucap Rosaline, yang tengah hamil besar 8 bulan pun berjalan menuruni tangga yang berada di depan pintu kastil itu perlahan dibantu oleh Hannah dan Ariel.
Alice pun berlari kecil menuju sang ibu, "Terima kasih, ibu" ucapnya tersenyum manis. Rosaline membalas senyum putri angkatnya itu tak kalah manisnya, ah kehadiran Alice benar-benar menambah warna di dalam keluarga mereka.
"Hati-hati di jalan, oh Ariel aku baru sadar kau menambahkan lengan untuk gaunnya" ucap Rosaline baru menyadari.
Ariel menatap Rosaline dan lengan gaunnya bergantian, "Iya, aku merasa gaunnya terlalu terbuka. Jadi aku menambahkannya, apa menurutmu ini merusak esensi gaunnya?" tanya Ariel seraya memegang lengan gaunnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wrote This Story
Fantasy[Spin off of I Was The Evil Witch] [HIATUS] Tidak mungkin! Aku bergegas keluar dari kamar mewah itu, kaki kecilku berlari tanpa arah dan tujuan, mencari jawaban dari spekulasi gilaku. Tidak mungkin, kau pasti berbohong. "Ah, Ariel? Putri kecilku sud...