40. Titik Nadir

3K 208 27
                                    

Hallo! Sebelum lanjut author mau absen dulu dong di sini pake emot ☝️

Jangan lupa memencet tombol bintang dan berkomentar untuk meramaikan cerita ini!

NO PLAGIARISME ⚠️⚠️⚠️

SIAPAPUN YANG MENEMUKAN KESAMAAN DENGAN CERITA INI HARAP LAPOR PADA AUTHOR!

Are you ready?

Oke let's go!

------ Happy Reading ------

Hari-hari berlalu sama seperti biasanya. Lagi-lagi Dewa bangun jam empat subuh hanya untuk muntah atau sakit kepala. Seperti saat ini, laki-laki itu baru saja keluar dari kamar mandi usai memuntahkan isi perutnya.

Dewa bersandar lemah di bawah kasur. Ia memijat dahinya karena merasa pusing.

"Sekali aja jangan sakit bisa ga? Gue mau berangkat sekolah." ucapnya sambil memijat-mijat dahinya yang berdenyut. Belum lagi perutnya yang terasa mual seperti di aduk-aduk.

Selama satu jam, Dewa hanya berdiam diri duduk di bawah kasur untuk menetralisir rasa sakit. Sendiri, tentu saja tak ada yang tau apa yang terjadi pada dirinya selama satu bulan belakangan ini kecuali Jidan.

Saat dirasa mulai membaik, Dewa menarik napas dan membuangnya. Ia kemudian berusaha untuk berdiri dan bersiap-siap untuk mandi karena harus berangkat ke sekolah.

Disaat kedua saudaranya masih terlelap, Dewa sudah siap dan rapi untuk berangkat sekolah. Laki-laki itu kemudian keluar dari kamarnya pada pukul setengah enam.

"Den Dewa sudah siap ya mau berangkat sekolah?" Bi Ayu yang baru saja ingin ke dapur menyapa Dewa di depan pintu kamar laki-laki itu.

Lantas Dewa tersenyum kecil. "Iya, bibi pasti mau bikin sarapan."

"Owalah anak rajin toh. Padahal masih subuh, den Raja sama nona Rea saja masih tidur." ucap Bi Ayu. "Bibi mau bikin sarapan, den Dewa mau dibuatin apa?" tanya Bi Ayu.

"Apa aja deh Bi, yang penting Bi Ayu ga kerepotan." ucap Dewa.

"Ya ga repot atuh, kan udah biasa kerjaan Bibi teh." jawab Bi Ayu. "Yowes tunggu dulu yo, Bibi bikinin nasi goreng dulu biar aden perutnya berisi untuk mencerna pelajaran di sekolah." ucap Bi Ayu.

"Siap! Dewa tunggu di meja makan ya Bi." ucap Dewa. Dirinya kemudian berjalan menuju meja kemudian meletakkan tas nya di atas kursi dan duduk dengan manis.

Sembari menunggu Bi Ayu. Dewa membuka layar ponselnya. Lagi-lagi ia hanya tersenyum kecut saat melihat roomchat Zoya masih sama seperti sebelumnya, tanpa profil dan ceklis satu. Bahkan semua pesannya saja sudah menumpuk namun tak ada balasan apapun.

Dewa mengetikkan pesan. Sudah lama dirinya tidak kembali menyapa ibunda tersayang lewat pesan.

Bunda♡

Selamat pagi bunda

Masih di blokir ya?

Iya deh hehe, tapi gapapa. Meskipun bunda ga pernah baca pesan Dewa, Dewa harap semua pesan-pesan Dewa ini akan bunda baca suatu hari nanti

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang