41. Ponsel Milik Dewa

3.1K 234 25
                                    

Hallo! Sebelum lanjut author mau absen dulu dong di sini pake emot ☝️

Jangan lupa memencet tombol bintang dan berkomentar untuk meramaikan cerita ini!

NO PLAGIARISME ⚠️⚠️⚠️

SIAPAPUN YANG MENEMUKAN KESAMAAN DENGAN CERITA INI HARAP LAPOR PADA AUTHOR!

Are you ready?

Oke let's go!

------ Happy Reading ------

Sejak dirinya melihat putra bungsunya yang mengenaskan, Zoya menjadi tidak tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak dirinya melihat putra bungsunya yang mengenaskan, Zoya menjadi tidak tenang. Apakah ia salah berkata seperti itu tadi dengan Dewa?

"Kamu kenapa?" Adrian bertanya pada istrinya saat baru saja keluar dari kamar mandi. Ia melihat raut Zoya yang terlihat sangat khawatir.

Zoya tersentak. "Aku lagi pusing aja sama kerjaan, mas." lagi-lagi ia mendanial dirinya sendiri.

"Jangan kecapean, sekarang lebih baik kamu istirahat yang cukup." ucap Adrian. Ia tanpa rasa bersalah naik ke atas kasur dan bersiap untuk tidur

Sedangkan di rumah sakit, Rea mondar-mandir menunggu dokter keluar dari ruangan terkutuk itu.

"Non Rea yang tenang, den Dewa pasti baik-baik aja. Den Dewa itu anak yang kuat." ucap Bi Ayu.

"Bi, Rea takut terjadi sesuatu sama bang Dewa. Rea takut bang Dewa pergi tanpa merasa bahagia. Ga gini caranya Bi bang Dewa pergi." ucap Rea dengan tangisan pilu.

"Ssttt ga boleh ngomong gitu, Gusti Allah pasti sembuhin den Dewa. Sekarang kita doain aja den Dewa cepet sembuh." ucap Bi Ayu.

"Keluarga pasien?" Dokter Denis yang menangani Dewa akhirnya keluar dari ruang IGD.

"Saya adiknya dok!" ucap Rea. "Gimana keadaan Abang saya dok?"

"Dewa sedang mengalami kritis. Doakan saja ia bisa melalui masa kritisnya. Kami akan memantau perkembangan pasien selama 24 jam ke depan. Satu orang boleh masuk, tapi tolong jangan berisik dan gunakan perlengkapan steril." ucap dokter Denis. "Kalau begitu saya permisi dulu."

Rea menatap Bi Ayu gamang. "Bi, bang Dewa ga akan ninggalin Rea kan?" tanya Rea. Kini ia benar-benar ketakutan.

Bi Ayu hanya diam. Dirinya juga sama seperti Rea namun tak mungkin ia ikut meraung-raung, yang bisa dilakukan saat ini hanyalah berdoa kepada Tuhan.

•••

Jam menunjukkan pukul 22.00 malam. Rea masuk ke ruangan dimana Dewa dirawat. Wajah tirus Dewa penuh dengan luka dan lebam. Hati Rea semakin sakit melihat kondisi abangnya yang seperti mayat hidup. Jangan sampai Dewa pergi sungguhan. Melihat kondisinya sekarang saja Rea jadi takut, takut kehilangan Dewa.

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang