Dewangsa Regan Maheswara, anak kedua dari keluarga Maheswara. Laki-laki idola sekolah namun rapuh di dalam. Bagi keluarga nya, Dewa tak lebih dari anak sial yang hadir di tengah keluarga Maheswara. Berbeda dengan Raja sang kakak dan Rea sang adik ya...
Jangan lupa memencet tombol bintang dan berkomentar untuk meramaikan cerita ini!
Are you ready?
Oke let's go!
------ Happy Reading ------
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dewa mau pulang kemana kalau rumah Dewa aja ga nerima Dewa? Mau pulang ke rumah Oma boleh?" -Dewangsa-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Derap langkah kaki itu semakin terdengar jelas saat dua anak manusia berjalan menuju lorong. Dewa dan Jidan, pagi ini mereka terlihat akrab kembali karena berjalan beriringan menuju kelas.
"Lo udah kerjain tugas Bu Nining belum?" tanya Jidan mengisi percakapan disepanjang koridor.
Dewa menggelengkan kepalanya. Ia sangat malas dengan hal yang berbau angka. "Matematika bikin mumet."
"Bagus lah, nanti kalau dihukum gue ada temennya." Jidan dengan bangga merangku Dewa lalu tersenyum lebar.
Kedua anak manusia itu tidak berbeda jauh sifatnya. Wajar saja mereka disatukan selama bertahun-tahun.
Saat bel berbunyi, semua murid langsung bergegas menuju bangku masing-masing.
"Pagi anak-anak!" Sapa Bu Pipit, guru matematika.
Baru saja guru itu melangkah memasuki kelas, hawa negatif langsung menyerang Dewa. Ia sangat tidak suka dengan matematika.
"Silahkan kumpulkan tugas minggu lalu ke ketua kelas." ucap Bu Pipit.
Ergan ketua kelas yang menjabat selama satu tahun bergegas mengumpulkan tugas-tugas temannya. Saat tiba di meja Dewa dan Jidan, laki-laki itu mengulurkan tangannya meminta tugas mereka berdua namun Dewa terlihat santai tanpa merasa bersalah. Begitupun Jidan.