Dewangsa Regan Maheswara, anak kedua dari keluarga Maheswara. Laki-laki idola sekolah namun rapuh di dalam. Bagi keluarga nya, Dewa tak lebih dari anak sial yang hadir di tengah keluarga Maheswara. Berbeda dengan Raja sang kakak dan Rea sang adik ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari ini Dewa sedang latihan basket di lapangan SMA Gerhana. Ada Jidan dan juga Alfi yang ikut latihan bersama.
Meski banyak masalah yang dihadapi, tak membuat Dewa menjadi sosok yang lemah. Ia tetap harus menjalani hidupnya sendiri meski tanpa dukungan keluarga.
Basket adalah salah satu pelampiasan nya. Dewa sejujurnya ingin sang Ayah bermain bersama nya. Bahkan sejak kecil hal itulah yang ia dambakan. Dewa bahkan cemburu saat kecil ia melihat teman-temannya yang bermain di taman didampingi oleh kedua orang tua, sedangkan ia hanya sendiri atau sesekali ditemani Bi Ayu.
Flasback
Saat itu Dewa kecil baru saja keluar dari kamar dengan menenteng bola basket di pelukannya. Ia melihat sang Ayah yang sedang bermain di ruang keluarga bersama Raja. Sedangkan Rea bersama Bunda di dalam kamar.
Anak laki-laki itu dengan riang berjalan mendekati dua laki-laki lainnya.
"Ayah, Raja, ayo main bola ke taman bareng Dewa." ajak Dewa tersenyum lebar.
Adrian menatap sinis putra keduanya. "Kerjaan kamu ga ada yang lain? Main terus!" ucapnya membuat Dewa menundukkan kepala nya.
Detik berikutnya Dewa kembali menatap Raja. "Raja, ayo main bareng di taman." ajak nya yang kini mengalihkan tatapan kepada Raja.
"Gamau, Raja mau main sama Ayah." jawab Raja menolak. Ia kembali sibuk dengan potongan-potongan puzzle di atas karpet berbulu itu.
Dewa mengangguk, ia bisa pergi sendiri kalau begitu. "Ya sudah, kalau gitu Dewa izin ya Ayah mau main di taman. Dewa janji ga pulang malem kok. Ayah jangan khawatir." ucap nya panjang lebar.
"Mau kamu pulang apa engga saya tidak peduli. Kalau bisa tak usah saja pulang selamanya." jawab Adrian sarkas.
Dewa yang memang saat itu masih terlalu kecil tak begitu memahami ucapan sang Ayah. Ia malah dengan girang menyalimi tangan kekar Adrian kemudian berlalu keluar rumah.