09. Khawatir

2.9K 147 10
                                    


Masih stay guys buat lanjut di bab ini???

Satu kata untuk Dream?

Diharapkan vote dan komen nya ya...

Tolong tandai typo bertebaran oke.

Are you ready???

Oke let's go!

Happy reading🤗

Happy reading🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lo!"

Mata Dewa membulat sempurna, cukup terkejut dengan apa yang ia lihat.

"Eh?"

"Lo Dewa kan?"

Laki-laki bertubuh jakung itu kini berdiri si sebelah ranjang Dewa. Ia menatap intens pada laki-laki yang terbaring di hadapannya.

"Lo...Septa?"

Septa mengangguk. "Iya, gue baru bebas dua hari yang lalu. Gak nyangka bisa ketemu lo lagi."

Dewa tersenyum, ia senang akhirnya Septa bisa keluar dari tahanan. "Duduk Bang." ucapnya mempersilahkan.

Septa duduk di kursi sebelah brankar Dewa. Laki-laki itu menatap sekeliling ruangan. Bagaimana bisa Dewa sendiri berada di sini?

"Lo kenapa bisa masuk rumah sakit?" tanya Septa.

"Kemarin malam gue kecelakaan, di serempet mobil. Lo sendiri ngapain di sini?" tanya Dewa balik.

"Ibu gue masuk rumah sakit pas gue baru sampe rumah, jadi harus di rawat." jawab Septa.

Dewa mengangguk paham. "Semoga Ibu Lo cepet sembuh ya Bang."

"Thanks"

Hening untuk beberapa saat. Septa yang bergelut dengan isi kepalan, ingin bertanya dimana keluarga atau kerabat Dewa tetapi ia ingat soal cerita anak itu. Sedangkan Dewa sendiri memikirkan sedang kira-kira keluarganya saat ini. Apakah sudah balik ke Indonesia atau kah masih liburan.

Tak lama salah satu di antara keduanya melontarkan pertanyaan. "Lo...sendirian aja?" tanya Septa hati-hati, takut membuat Dewa sedih.

Dewa menoleh lalu tersenyum simpul. "Seperti yang lo liat." jawab nya singkat.

Septa mengusap lehernya. Mendadak hawa di sekitar menjadi canggung. Ia salah bertanya sepertinya.

"Ekhem, cepet sembuh. Lo pasti harus sekolah kan? Inget sama cita-cita lo." ucap Septa menyemangati.

"Iya, gue inget sama cita-cita gue" jawab Dewa. "Tapi gue lebih ingin harapan gue untuk disayang Ayah Bunda terwujud daripada cita-cita gue." Sambung Dewa dalam hati.

Septa mengusap kepala Dewa. "Kalau gitu gue balik dulu, takutnya Ibu gue udah bangun dari tidur. Nanti gue main-main ke sini lagi."

"Iya, makasih udah jengukin gue."

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang