Dewangsa Regan Maheswara, anak kedua dari keluarga Maheswara. Laki-laki idola sekolah namun rapuh di dalam. Bagi keluarga nya, Dewa tak lebih dari anak sial yang hadir di tengah keluarga Maheswara. Berbeda dengan Raja sang kakak dan Rea sang adik ya...
Hallo gaysss, sebelum lanjut author mau absen dulu dong di sini pake emot ☝️
Jangan lupa memencet tombol bintang dan berkomentar untuk meramaikan cerita ini!
NO PLAGIARISME ⚠️⚠️⚠️
SIAPAPUN YANG MENEMUKAN KESAMAAN DENGAN CERITA INI HARAP LAPOR PADA AUTHOR!
Dengerin musiknya biar dapat feel nya!
Are you ready?
Oke let's go!
------ Happy Reading ------
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dewa merasa bosan di kamarnya. Rea sudah pulang karena besok pagi ia harus masuk sekolah seperti yang Adrian ucapkan sebelumnya. Gadis itu tadinya merengek ingin tetap menemani abangnya di rumah sakit, namun Adrian mengancam jika ia tidak akan mengizinkan Dewa bertemu lagi dengannya, jadilah Rea menurut pada akhirnya.
Laki-laki yang mengenakan baju pasien itu lantas turun dari brankarnya. Dewa ingin berkeliling rumah sakit daripada ia bosan berdiam diri tanpa melakukan apapun.
Tanpa tujuan Dewa berjalan terus hingga tanpa sadar ia sampai di taman rumah sakit. Dewa yang merasa cukup lelah memilih untuk duduk di sebuah bangku yang ada di taman tersebut. Laki-laki itu dapat melihat banyak bintang di atas langit serta bulan yang bersinar terang. Ia lantas tersenyum sambil mendongakkan kepalanya. Dewa menutup mata dan merasakan semilir angin menerpa wajahnya.Hatinya merasa damai.
Setelah ini ia harus tetap melanjutkan hidupnya. Dengan sisa tenaga yang ia punya, Dewa ingin mencapai cita-citanya.
"Bunda apa kabar ya?" sedikit penasaran dengan keadaan Zoya membuat Dewa merindukan sosok wanita itu.
Jam menunjukkan pukul 20:00 malam. Dewa rasa masih bisa ia ke ruangan Zoya untuk menjenguk dan melihat wajahnya sebentar.
Dewa kembali berdiri kemudian berjalan menuju ruangan Anggrek. Tadi Rea sempat mengatakan dimana letak ruangan bundanya sebelum gadis itu pulang.
Sesampainya di depan ruangan, Dewa tak langsung masuk. Ia melihat di balik kaca jendela yang gordennya masih tersingkap. Di dalamnya hanya ada Adrian yang tertidur di sofa dan Zoya yang terbaring di atas brankar.
Dewa tersenyum tipis. Melihat bundanya yang baik-baik saja membuat dirinya merasa lega.
"Semoga bunda bahagia selalu. Dewa sayang sama bunda." ucapnya pelan.
Namun disaat dirinya sedang memandang ke dalam ruangan Zoya, Raja tiba-tiba saja datang hendak masuk. Ia baru kembali dari rumah.
"Mau ngapain lo?" tanya Raja dengan tatapan curiga. Ia turut melihat ke dalam dimana hanya ada Adrian yang tertidur di sofa. "Lo mau macem-macem hah?" tuduhnya pada Dewa.