17. Saudara Tak Sedarah

2.7K 150 8
                                    

Ga nyangka banyak yang suka sama cerita dream. Kalau kalian mau up cepat, spamlike ya lalu komen juga.

Makasih buat yang udah support cerita dream, jangan lupa mampir di cerita lainnya dan follow arbieee_ biar ga ketinggalan cerita dream okey!

Oh iya bacanya sambil dengerin juga playlist yang udah author kasih di atas ya, biar kerasa feel-nya

------ Happy Reading ------

"Kalau lo ga punya manusia buat mengadu, masih ada Tuhan tempat lo berteduh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau lo ga punya manusia buat mengadu, masih ada Tuhan tempat lo berteduh." -Alfinza Oksan Yodha-

•••

Dewa baru saja keluar dari ruang administrasi kesiswaan untuk membayar uang spp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dewa baru saja keluar dari ruang administrasi kesiswaan untuk membayar uang spp. Ia baru bisa membayarnya sekarang setelah menerima gaji. Sudah dua bulan menunggak, untungnya guru tersebut pengertian dengan memberikan dispensasi kepadanya.

Saat hendak berbelok ke lorong IPA, Dewa melihat Jidan yang berjalan dengan cepat. Laki-laki itu memanggil sahabatnya tersebut namun Jidan tak menoleh dan semakin cepat berjalan.

"Dan!"

Dewa mengejar Jidan yang mengarah ke taman belakang. Mereka sedang jamkos karena guru yang mengajar sedang berhalangan.

"Dan!"

Jidan berhenti tepat di bawah sebuah pohon. Ia berdiri membelakangi Dewa.

Dewa mendekati Jidan, merasa ada yang aneh dengan laki-laki itu.

"Jidan," panggil Dewa membuat Jidan membalikan tubuhnya dan menatap Dewa tajam seakan Dewa adalah penjahat.

"Lo kenapa?"

"Lo masih tanya kenapa? Harusnya gue yang tanya lo kenapa."

Dewa mengernyitkan dahinya karena tak paham dengan maksud Jidan. Mengapa laki-laki itu terlihat begitu marah padanya?

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang