Dewangsa Regan Maheswara, anak kedua dari keluarga Maheswara. Laki-laki idola sekolah namun rapuh di dalam. Bagi keluarga nya, Dewa tak lebih dari anak sial yang hadir di tengah keluarga Maheswara. Berbeda dengan Raja sang kakak dan Rea sang adik ya...
Hallo 🤗 Gimana nih? Masih stay ga nungguin cerita dream???
Absen dulu dong yang mau lanjut part berikutnya 🙃
Semoga kalian tetap semangat ya buat baca karya-karya aku. Oh iya jangan lupa komen juga dong 🥺
Hargai penulis dengan vote dan komen kamu, jangan jadi silent readers yaa
------- Happy Reading -------
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ceklek!
Pintu ruangan tersebut terbuka menampilkan sosok Adrian yang tengah berdiri menatap putarnya di pojok gudang.
Dewa berjongkok dengan kepala yang tenggelam ke dalam lipatan kaki. Ia masih belum sadar jika sang ayah kini sudah berjalan mendekatinya.
"Bangun!"
Satu kata itu mampu membuat Dewa mengangkat kepala nya. Kantung mata yang terlihat jelas, rambut acak-acakan dan bibir pucat membuat laki-laki itu seperti mayat hidup. Dewa tidak bisa tidur semalaman, tubuhnya menggigil kedinginan di dalam gudang. Sungguh ayah nya sangat tak mempunyai hati.
"Anak saya baik-baik saja. Bersyukurlah kamu tidak saya buang ke jalan karena membuat masalah." ucap Adrian angkuh.
Dewa hanya menatap ayahnya tanpa berkedip. Isi pikirannya kini kosong, saking tak tau lagi apa yang ia pikirkan Dewa hanya terdiam mendengar kata-kata sang ayah.
"Gimana keadaan Rea?" satu kalimat itu yang terlontar dari bibir pucat Dewa. Tak ada yang lebih penting sekarang daripada adiknya.
"Cih, pencitraan! Kamu tidak perlu berpura-pura simpati. Saya tau kamu pasti senang jika putri saya celaka. Urus saja dirimu sendiri, ck sudah seperti pengemis."
Adrian menatap sinis Dewa. Saat hendak berbalik keluar dari gudang, kalimat Dewa membuatnya terdiam di tempat.
"Bukannya Dewa selalu jadi pengemis? Dewa selalu mengemis kasih sayang ayah sama bunda, Dewa selalu ngemis maaf dan ampunan dari ayah sama bunda tapi ayah bahkan ga ngasih apa-apa buat Dewa." jawab Dewa lirih.
Matanya sembab akibat menangis. Hanya menangis yang mampu Dewa lakukan.
"Kamu memang pantas mendapatkan itu semua." balas Adrian menyangkal.
"Selama sepuluh tahun Yah Dewa hidup seperti ini. Apa itu kurang cukup buat ayah?" lirih Dewa lemah.
"Semua tidak akan bisa terbayarkan dengan apa yang kamu dapatkan. Kamu itu harusnya ga lahir ke dunia ini. Ck, anak tidak berguna! Sampah!"