Dewangsa Regan Maheswara, anak kedua dari keluarga Maheswara. Laki-laki idola sekolah namun rapuh di dalam. Bagi keluarga nya, Dewa tak lebih dari anak sial yang hadir di tengah keluarga Maheswara. Berbeda dengan Raja sang kakak dan Rea sang adik ya...
Hallo gaysss, sebelum lanjut author mau absen dulu dong di sini pake emot ☝️
Jangan lupa memencet tombol bintang dan berkomentar untuk meramaikan cerita ini!
NO PLAGIARISME ⚠️⚠️⚠️
SIAPAPUN YANG MENEMUKAN KESAMAAN DENGAN CERITA INI HARAP LAPOR PADA AUTHOR!
Dengerin musiknya biar dapat feel nya!
Are you ready?
Oke let's go!
------ Happy Reading ------
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dewa terbangun saat pukul 05:00 subuh. Ia memegang kepalanya yang masih terasa nyeri. Laki-laki itu baru sadar jika semalam ia pingsan di kamar mandi. Dengan berpegangan pada tembok kamar mandi, Dewa bangkit dan keluar dari sana. Dirinya benar-benar tidak sanggup untuk berdiri, ia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Dewa memejamkan matanya berusaha menetralisir rasa sakit di kepalanya. Bagaimana bisa ia berangkat sekolah dalam keadaan seperti ini?
"Pusing banget." lirihnya hampir tidak terdengar. Dewa harus tetap sekolah. Jika tidak maka Adrian akan memarahinya lagi.
Dengan sekuat tenaga, Dewa kembali bangkit untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah.
•••
Jam menunjukkan pukul setengah tujuh, dan Dewa masih berada di rumah. Setelah memakai seragam tadi tiba-tiba saja ia mimisan lagi. Di tambah kepalanya ikut berdenyut membuat Dewa sedikit kewalahan dengan tubuhnya sekarang.
Dewa tanpa sadar berjalan pelan melewati meja makan. Di sana sudah tentu ada Zoya, Raja, Rea dan Adrian yang tengah sarapan bersama.
"Abang, ayo kita sarapan bareng!" ajak Rea saat melihat Dewa yang berjalan sembari menyandang tas di bahu.
Dewa terdiam melihat seluruh anggota keluarganya. "Ck, bodoh banget gue sampe lupa jam berapa sekarang."
"Abang sini!" panggil Rea lagi.
"Apasih dek kok ngajakin dia?" protes Raja.
"Emangnya ga boleh?" tanya Rea.
"Gak!"
"Ga peduli wle!" Rea memeletkan lidah dan bangkit dari kursi. Di tariknya Dewa yang masih diam di tempat kemudian menyuruhnya duduk di kursi kosong sebelahnya.