30. Rindu

3.7K 212 17
                                    

Holla!!!

Choco comback!

SEPI BANGET YANG KOMEN NIH, RAMEIN DULU DONG

LIKE, KOMEN DI SETIAP PART DAN DI SETIAP KALIMAT OKE

Are you ready?

Oke let's go!

------ Happy Reading ------

Pagi ini Dewa menyiram tanaman di halaman depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini Dewa menyiram tanaman di halaman depan. Moodnya sedang bagus untuk hari yang cerah di pagi ini setelah ia lelah bekerja selama lima hari penuh.

Saat sedang asyik menyiram tanaman, Dewa melihat bunga matahari yang baru saja tumbuh di dalam pot. Lantas ia berjongkok untuk melihat lebih dekat bunga matahari tersebut.

Laki-laki itu tersenyum. "Cantik, kayak bunda."

Dewa teringat sesuatu. Ia berjalan masuk ke dalam rumah menuju kamarnya. Ia membuka sebuah laci dan mencari sesuatu. "Kayaknya muat deh." ucapnya setelah menemukan barang yang ia cari. Dewa membawanya, kembali ke halaman depan.

"Bunda, Dewa izin ya minta bunganya. Dewa janji bakal rawat dengan baik." Laki-laki itu memindahkan anak bunga matahari yang baru tumbuh tersebut ke dalam sebuah pot kecil. Pot itu adalah pemberian dari Bi Ayu sewaktu ia ulang tahun kemarin. Dewa menggunakannya untuk bunga matahari yang membuatnya tertarik.

Setelah selesai memasukkan tanah dan menanam bunga tersebut, Dewa membawanya ke dalam kamar.

Dewa meletakkan bunga matahari tersebut di meja belajarnya yang menghadap ke arah jendela. Ia sengaja melakukan itu agar bunga tersebut bisa terkena sinar matahari setiap pagi lalu tumbuh dengan baik.

"Kalau kangen bunda, Dewa bisa liat bunga ini. Dewa anggap bunga matahari adalah bentuk kasih sayang bunda yang selalu menyinari rumah ini." ucap Dewa memandangi bunga matahari di atas meja belajarnya.

"Nanti kalau bunga nya udah tumbuh besar, Dewa bakal balikin ke bunda. Semoga aja bunganya bertahan sampai Dewa pergi dari sini." ucap Dewa berharap.

Setelah puas memandangi bunga matahari, Dewa melangkah keluar kamar untuk menyiram sisa tanaman di depan. Langkahnya terhenti saat melihat anggota keluarga nya baru saja pulang jogging.

Dewa tersenyum kaku saat mata Adrian dan Zoya menatapnya sinis. Ia melangkah sembari menundukkan kepalanya, takut dengan tatapan tajam Adrian.

"Untung deh gue ga di omelin lagi." ucap Dewa bisa bernapas lega saat kedua orang tuanya sudah masuk ke dalam rumah.

"Abang!" panggil Rea menepuk pundak Dewa. Ia baru saja memasuki gerbang dan melihat kakak keduanya sedang menyiram tanaman.

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang