29. Sadar

2.9K 187 5
                                    

Pastikan Bubu selalu rajin komen dan like cerita Dream

Siap untuk lanjut?

Oke let's go!

------ Happy Reading ------

Pagi hari saat Rea terbangun, hal pertama kali ia lihat adalah jam yang menunjukkan pukul 06

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari saat Rea terbangun, hal pertama kali ia lihat adalah jam yang menunjukkan pukul 06.00 pagi. Ia terbangun dan mengucek kedua matanya sebelum pada akhirnya menyadari sesuatu.

Gadis itu yang tadinya tertidur di balik pintu usai menangis semalaman, langsung berdiri untuk membuka pintu yang terkunci. Syukurlah ia bisa keluar kamar sekarang.

Rea langsung bergegas menuju kamar Dewa dengan perasaan cemas. Ia takut terjadi sesuatu dengan abangnya tersebut.

Sesampainya di depan pintu kamar Dewa, Rea meyakinkan dirinya bahwa abangnya baik-baik saja. Rea menatap pintu putih di hadapannya itu. Bertahun-tahun ia tidak pernah memasuki kamar sang kakak dan ini kali pertamanya Rea menginjakkan kaki di dalam kamar Dewa.

Rea membuka pintu tanpa permisi. Aroma vanila terasa oleh indra penciuman Rea. Kamar Dewa terlihat sangat rapi, berbeda dengan kamar Raja yang sering kali berantakan. Rea bisa melihat banyak sekali piala yang terpajang di dalam sebuah etalase besar. Yang membuat hatinya teriris adalah, ada banyak piala yang patah dan dirangkai ulang oleh Dewa.

Atensi Rea beralih kepada seseorang di atas kasur. Matanya masih terpejam tanpa sadar seorang gadis sudah berdiri di ambang pintu.

Rea mendekat ke arah ranjang milik Dewa. Hatinya sakit melihat tangan kakaknya yang di perban. Ia merasa gagal melindungi sang kakak dari kedua orang tuanya yang kejam.

Rea menunduk tak mampu menahan air matanya. "Maaf, maafin Rea karena gagal jadi adik yang baik buat bang Dewa."

Mata Dewa perlahan terbuka karena mendengar suara Rea. Tangannya menggenggam tangan Rea hingga membuat gadis itu cukup terkejut.

"Eh Abang udah bangun?"

Dewa tersenyum senang karena melihat sang adik saat pertama kali membuka matanya. Biasanya ia hanya sendiri saat pertama kali membuka mata namun kini ada Rea yang duduk di sampingnya.

"Kamu kenapa? Kok nangis?" tanya Dewa. Laki-laki itu berusaha untuk bersandar pada kepala kasur dibantu oleh Rea.

Bukannya diam, Rea justru semakin menangis dan memeluk Dewa. Hal itu membuat Dewa jadi tambah bingung.

"Sstt, jangan nangis." ucap Dewa berusaha menenangkan sang adik.

"Bang Dewa pasti disiksa sama ayah kan? Maaf, maaf Rea ga bisa bantuin Abang tadi malam. Rea dikunciin bunda di kamar. Bunda jahat! Ayah juga jahat!"

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang