07. Patah hati satu kampus

154K 1.5K 92
                                    

Pee kabeeeeer?

Lo pada baik2 aja kan? Gue enggak nih.
Hahaha. Sebisa mungkin santuy aja gak sih? Biarpun keadaan lagi ngedugem jedag jedug jedeerrr :) gitu

Happy Reading guyss
Jangan lupa votenya 😘

***

"Yaaa ampun bocil gueee!" Nayla yang heboh saat kedatangan Kayra di kelas lantas memeluk gadis itu erat dan memutar-mutar tubuhnya melihat keadaan Kayra detail.

Kayra hanya tersenyum kikuk. Gadis itu jadi lebih pendiam dari biasanya.

"Lo baik-baik aja kan, Kay?" pertanyaan dari Nayla membuat perasan di hati Kayra mencelos.

Tidak! Ia sedang tidak baik-baik saja.

Kayra menggeleg pelan, "Maaf ya tiga hari kemarin aku gak bisa masuk ngampus,"

"Kemana aja lo, gue cari ke kosan sama Nayla gak ada?" lontaran kalimat intimidasi dari Karin membuat nyali Kayra menciut seketika. Ah, memang satu temannya itu sangat intimidatif. Aura kegalakannya menguar, memenuhi sekelingkup sisi tubuh Kayra.

Hanya Karin. Yaa, teman satu fakultas dan satu kaprodinya itu. Biarpun galak begitu, sebenarnya Karin itu sayanggg banget sama Kayra juga Nayla.

Kayra diam. Bimbang antara ingin menjelaskan kadaan yang menimpa dirinya sekarang atau tidak sama sekali pada kedua teman dekat nya saat ini.

"Kenapa gak jawab?" Karin semakin menyudutkan Kayra yang masih terdiam. Bahkan kepala gadis itu sudah tertunduk lesu.

"Kayra kerja kemarin," cicitnya pelan. Namun masih terdengar oleh kedua telinga Karin dan Nayla.

"Kerja apaan, Kay?" tanya Karin lagi. Nayla mah diam saja. Ia hanya bagian menengahi nanti jika sudah mencium bau-bau tidak sedap. Bau taik!

Harus kah Kayra jujur?

Atau berbohong?

Namun, Kayra takut. Ingat! Sangat takut!

Perjanjian antara diri nya dengan Gabriel di kertas bermaterai kemarin terlintas di otak kecil milik gadis itu.

"Kerja paruh waktu, Karin." jawab Kayra bohong, akhirnya.

"Kerja di mana tuh kalau boleh tau?" kini Nayla yang bertanya.

Kata Ibu, jika sudah memasuki lubang kebohongan maka siap-siap saja kamu akan terus mengatakan kebohongan-kebohongan lainnya agar terus berlanjut.

"Kerja jadi pelayan kafe." dua kebohongan sudah Kayra jelaskan.

"Nginep juga disana sambil kerja?" Karin yang masih penasaran bersedekap dada menatap gadis kecil di depan nya dengan pandangan yang masih sedikit curiga.

Kayra mengangguk patah-patah.

Kebohongan ketiga nya. Mana ada dia jadi pelayan kafe? Yang ada Kayra menjadi pelayan pemuas nafsu sesat Gabriel. Itupun karena terpaksa. Tidak, tidak lebih tepatnya karena Kayra tidak tahu dan berakhirlah di paksa keras oleh Gabriel.

"Bolehlah, sekali-kali lo ajak kita dateng ke kafe tempat lo kerja," celetuk Nayla senang. Dengan ekpresi bahagia ia gerakan sembari bertepuk tangan.

"Bo-boleh. Kapan-kapan Kayra ajak kalian kesana." Damn it! Rasanya Kayra ingin mengutuk dirinya saja sebab lontaran kalimat kebohongan dari mulut nya malah semakin menjadi dan enggan berhenti.

"Kay. Gue--" ucapan Karin terputus kala suara langkah sepatu yang memantuk lantai terdengar memasuki kelas.

Dosen mata kuliah pagi ini. Percakapan pun di akhiri dengan semua mahasiswa kembali pada kursi mereka masing-masing.

Benefit 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang