17. Merasa kehilangan

87.4K 1.6K 216
                                    

Thanks for a lot guyss
Big love for you all ❤️‍🔥

Atas antusiasme kalian nunggu cerita ini buat terus di lanjut. Tanpa kalian juga gue bukan apa-apa ♡

Happy Reading and enjoying🤙

***

Selesai. Semuanya telah selesai. Peristiwa singkat tadi benar-benar melekat pada fikiran Kayra.

Laki-laki asing yang ditemuinya beberapa saat lalu berhasil membuat ia merasakan nyaman meskipun terbilang sebentar adanya. Dan benar laki-laki tersebut sampai mengantarkan nya ke depan kos-kosan nya langsung menggunakan mobil yang tadi sempat ia parkir dekat pusat perbelanjaan disana.

"Kalau boleh tahu, nama kamu siapa?" ujar Kayra memecah keheningan di dalam kubuk ruangan mobil.

"Nama, ya?" tanyanya seperti mempertimbangkan sesuatu.

Kayra mengangguk.

"Gue benci sama nama gue sendiri."

Jeda beberapa saat.

Kayra juga diam, tidak tahu harus menanggapi apa.

"Makanya gue males memperkenalkan diri secara resmi sama lo," ujarnya tetap fokus pada kemudi stirnya. Pandangan laki-laki itu lurus menerawang kedepan. Kepada rintik-rintik hujan yang sudah agak sedikit mereda.

"Sebegitu bencinya ya, kamu sama nama kamu sendiri?" tanya Kayra hati-hati.

Laki-laki itu menghela nafas pelan, sangat pelan. "Dibilang benci banget ya enggak. Gue cuma gak suka aja orang-orang manggil gue pakai nama gue yang asli."

Kayra mengernyit heran. Sedikit bingung atas perkataannya barusan, lantas jika orang-orang tidak memanggil nama pria itu, lalu teman-teman nya, orang-orang terdekat nya akan memanggilnya bagaimana?

"Teman-teman gue yang udah tahu, bakalan manggil gue 'brother', mereka gak pernah sebut nama gue, karena gue emang gak suka." cetus laki-laki tersebut seperti bisa membaca isi otak Kayra.

"Terus aku harus panggil kamu apa?" tanya Kayra agak bingung. Masa iya harus memanggilnya dengan sebutan saudara laki-laki dari bahasa Inggris tersebut, juga.

"Rain boy. Pria hujan. Lo boleh manggil gue kaya gitu." ujar pria tersebut. Kepalanya menghadap ke samping pada Kayra. Senyuman kecil tersemat di umur bibir laki-laki itu.

"Rain boy?"

Laki-laki itu mengangguk, "Kita ketemu pas waktu hujan. So, biar lo selalu inget gue pas hujan, bahwa ada seorang laki-laki yang pernah bercerita sedikit tentang filosofi hujan sama diri lo saat itu. Yaitu, gue." senyum nya di akhir kalimat yang barusan ia ucapkan.

Kayra ikut tersenyum. Perasaannya entah mengapa sedikit membaik.

Kendati keduanya adalah orang yang baru mengenal selama satu jam yang lalu, masih terlalu asing mungkin jika dikatakan dekat, namun, kenyataannya kedua manusia beda jenis tersebut merasa nyaman. Satu sama lain.

"Nama lo siapa?" kini giliran laki-laki itu yang bertanya. Pandangannya lurus menatap netra hitam Kayra. Membuat jantung di dalam dada gadis itu berdetak kencang tiba-tiba.

"Kayra."

Laki-laki itu terdiam.

"Nama lo punya arti yang bagus," sedikit setelahnya laki-laki tersebut tersenyum tulus yang kemudian berubah menjadi senyuman miris, "Beda sama nama gue yang artinya jelek."

Kayra tidak bermaksud untuk membuat laki-laki itu sedih. Sungguh! Lagipula ia sendiri bahkan tidak tahu menahu arti nama yang diberikan oleh ayahnya yang sudah tiada.

Benefit 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang