Gabung saluran wa aku yok 🤠😻 aku update apapun disana nanti 😉
Kalian bisa lihat linknya di Instagram akuuu.
IG: absurd22_
Happy reading and enjoying 🤙
***
Dari sudut mana Gabriel harus mengulang segala pemikiran gilanya tentang pernikahan yang akan terjadi beberapa menit lagi. Mulai dari mempersiapkan vendor, resepsi, bahkan meminta izin pada kedua orangtuanya yang pernah menentang keputusan laki-laki itu. Semua itu dia siapkan dalam bentuk skenario cepat tanpa fikir panjang.
Hanya sebuah perkataan bernada tegas tapi terlihat putus asa di mata Gabriel kala kekasihnya merengek minta untuk dinikahi. Laki-laki mana yang tidak syok kalau begitu? Untung Gabriel kaya. Dengan harta berlimpah, ia mampu mempersiapkan pesta pernikahan kurang lebih dalam waktu dua Minggu dari saat ini.
Dan keraguannya muncul beberapa jam lalu saat kedua calon pengantin tengah di rias wajah. Sebenarnya keraguan itu selalu muncul dalam benak Gabriel saat hendak terlelap. Tapi menjadi semakin kukuh ketika ia menatap pantulan tubuh dirinya menggunakan jas berwarna putih gading senada dengan gaun menggelembung yang di pakai oleh Helena.
Beberapa saat lalu...
Gabriel tersenyum tipis menatap pantulan dirinya di depan cermin. Hari ini seharusnya laki-laki itu bahagia. Namun perasaan resah juga gelisah malah melingkupi dan menjalarkan rasa ragu pada diri Gabriel untuk mengucap janji suci bersama Helena nanti.
Fikiran, hatinya, dan fokus laki-laki itu tertuju pada seseorang yang telah ia maki, ia kasari dan ia buang dengan tega.
"Ciyee.. anaknya Momy udah mau nikah." Indira—Momy-nya Gabriel datang dari belakang dan berdiri di samping anaknya itu.
"Kenapa mukanya gak seneng gitu sih? Anaknya Momy kenapa?" Ujar Indira lembut.
"Riel ragu, My." Laki-laki itu beringsut mendekati wanita yang melahirkannya kemudian memeluk tubuh Momynya. Menumpukan kepala Gabriel yang bersandar pada bahu Indira.
"Riel yang ambil keputusan, Riel juga yang siap tanggung jawab," Indira paham kekhawatiran anaknya itu. Dengan lembut dia usap kepala sang anak penuh sayang.
"Pernikahan bukan ajang permainan sayang. Kamu juga sudah di peringati Papi kemarin. Papi bukan nentang keputusan kamu yang cepat mau nikah. Tapi, dengan segala keputusan yang di ambil secara mendadak tanpa persiapan bisa berantakan di belakang. Momy gak bilang pernikahan Riel bakal berantakan, Momy cuma khawatir keputusan yang Riel buat itu adalah keputusan yang diambil tanpa fikir panjang. Tapi Momy selalu berdoa yang terbaik buat anak Momy."
Gabriel adalah seseorang yang bejat. Dia bersyukur punya Momy yang selalu pengertian apa keinginannya tanpa harus di tentang ataupun dikekang oleh peraturan. Indira tidak begitu. Dia adalah sosok Ibu yang sungguh pengertian.
"Kangen, My."
Gabriel melepas pelukan. Dia tatap sang Ibu dengan wajah murung bibir melengkung kebawah persis anak kecil.
"Momy juga selalu kangen sama anak Momy. Mana kamu jarang pulang ke rumah, pulangnya ke apartemen, gimana Momy gak kangen?"
Gabriel menggeleng seperti anak kecil. "Bukan ih. Bukan kangen Momyyy." Rengeknya sebal.
Memang ya, anak laki-laki jika sudah berdekatan dengan sang Ibu dia akan tetap menjadi anak kecil yang butuh tempat untuk bercerita, tempat untuk bersandar dan tempatnya untuk pulang.
"Lah? Kangen siapa kalau bukan kangen Momy?" Indira terkekeh pelan.
"Kangen seseorang, My. Tapi teganya Gabriel usir dia. Maki-maki dia juga sampe dianya nangis-nangis." Sendu Gabriel. Perasaan sesak itu semakin mencekik leher Gabriel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benefit 21+
RomanceKonten Dewasa 21+ BOCIL DILARANG MENDEKAT!! DOSA TANGGUNG SENDIRI KALO MASIH MAU NYEKROL SAMPE BAWAH :D Hubungan kita hanya sebatas kontrak--antara tuan dan pelayan pemuas nafsu. Perasaan ini salah jika ingin berlabuh pada tempat yang ku inginkan...