39. Mendapatkan Penolakan

47K 2.4K 4.2K
                                    

Pusing banget kepala gue.. curhat dikit..

Stamina tubuh we emang gak terlalu kuat, gampang tumbang. Tapi, orangnya suka maksa badan buat kerja ekstra kurikuler. Heheww.. alhasil ya, ngedropnya sering bngt dateng, udh kaya rumah sendiri ☺️

Pas banget nulis ini lagi ga siap, dan yeah..gue usahakan dan paksakan. Demi siapa? Demi Readers gue tercintuahh 💓💗❤️

Votenya atuh Jan lupaa. Jangan buat we kecowaa karena udh gue eprotin 😋

Happy reading and enjoying 🤙

***

Dari semua penjelasan yang dia telusuri selama ini, ada banyak hal prespektif memaknai semua jawaban dari Tuhan dengan logika masing-masing di kepala manusia. Dan orang itu berharap bahwa kenyataan di depannya adalah fakta yang selama ini dia cari.

Bukan hanya kebohongan dengan memaksa bahwa panasea itu harus jadi realitas. Yang nantinya dapat di terima secara begitu mudah.

Juga... Pada akhirnya, semua kelopak di dalam hati itu harus meluruh. Tidak dapat lagi ia genggam guna merasakan kupu-kupu yang bisa terbang di dalam perut. Sensasi geli yang membuat dia jadi candu.

Pun terpatahkan rasa itu begitu cepat sebelum dia bisa mengungkapkan. Sakit yang rasanya berhambur ke dalam pelukan lega. Bahwa...

"Kay...?" kali ini suara laki-laki itu melirih. Sakitnya membuat sesak di dada berbuah tangis.

"Kita memang saudara kandung, Boy."

Grep.

Boleh jadi hati laki-laki itu patah. Telinganya yang masih berfungsi sangat normal mendengar seruan gadis itu menyambutnya dengan pelukan erat.

Daripada sesak yang tidak dapat ia jabarkan dengan definisi, kata lega itu menelusup di antara darah dan membawanya ke jantung. Degupan vital tersebut berdetak tidak normal.

Antara harus bahagia atau merasa kecewa.

"Akhirnya... Gue nemuin lo, Dek." seruan sang laki-laki terdengar sebagai penerimaan yang luar biasa lega di telinga sang gadis.

"Abang.." sahut sang gadis pun tidak kuasa. Sakit tadi terlepas dari belenggu rapuh yang berusaha kokoh.

"Kita hadepin bareng-bareng, oke? You are not alone anymore. There's a brother here. we survive together."

***

"Huweekk!"

Boy mendekat pada gadis yang memunggunginya di depan wastafel. Sudah dari lima belas menit yang lalu, Adek ketemu gede alias si Kayra itu terus memuntahkan seluruh isi perutnya tiba-tiba.

Laki-laki itu membawa Kayra ke apartemennya setelah adegan nangis-nangis bombay di area kampus tadi.

Boy mengulurkan tangannya untuk memijit tengkuk Kayra, "Kita ke rumah sakit, ya?" Dia prihatin melihat wajah Adeknya yang berubah pucat. Matanya pun terlihat sayu.

Kayra menggeleng enggan, "Enggak usah, Bang. Anterin ke apotik aja boleh?"

Tidak ada adegan pertengkaran yang seperti di bayangkan oleh Kayra. Boy alias Abangnya Neraka mau menerima gadis itu dengan tangan terbuka. Betapa bersyukurnya Kayra akan hal itu.

Keduanya pun memutuskan memanggil dengan sebutan 'Abang' dan 'Adek' guna mengusir kecanggungan persaudaraan yang akhirnya bisa bertemu setelah bertahun-tahun.

"Oke." Tidak kuasa menolak ataupun memaksa kehendak Kayra, Boy ingin menuruti semua perkataan gadis itu agar dia tidak harus merasa terbebani sendirian.

Benefit 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang