27. Akan indah kan?

77.6K 2.2K 468
                                    

Boleh di vote dong ☺
Biar gak jomplang sm views pembacanya, jujur sebenarnya gue senang banget klo cuma di vote. Apalagi ada yang coment begini...

"Semangat kakak, nulisnya..."
"Aku setia menunggu kok kak..."
"Sehat sehat ya author..."
"Lanjut ya kak 💕..."

Gitu doang, gue seneng banget kok.
Hehe...

Thanks banget yang udh dukung gue dari kemarin smpe sekarang, lopyuuu sekebon 😙❣️💞

Happy Reading and enjoying 🤙

***

Hal yang paling aku senangi di dunia ini adalah ketika akhirnya aku kembali bertemu dengan sesosok yang telah membawa ku melihat betapa indahnya dunia saat ini.

Tapi, nyatanya indah dunia itu terlihat semengerikan sekarang.

Yang dikira indah ternyata seram.
Yang dikira indah ternyata luka.
Dan yang dikira indah, inilah kejutan semesta dengan segala bentuk dan isinya.

Orang-orang paham duniamu bekerja pada titik porosnya. Tempatnya tidak akan tertukar karena Tuhan sudah membagi semua dengan sama rata.

Ada yang kebagian sedih.

Ada yang kebagian bahagia.

Kalau sekarang sedih, tunggu aja waktu nya kamu bahagia. Nanti di kasih Tuhan kok. Meski gak sekarang.

Jadi, sabar aja ya.

Gapapa kan harus menunggu?

Itu harapan yang pasti kok, gak kaya harapan manusia yang suka berubah-ubah temponya. Kepastian Tuhan itu mutlak. Dan kamu tidak bisa menentang kehendaknya.

Kecuali satu hal.

Dengan doa... mungkin.

Coba saja, tidak perlu meragu. Yakin dan teruslah yakin. Bahwa Tuhan sedang menyiapkan kepantasan yang indah untuk bisa kamu miliki.

Kayra tersentak kaget saat seseorang memegang bahunya. Gadis itu menoleh pada seseorang tersebut yang kemudian ia lempari dengan senyuman lebar.

"Ibu, ngagetin aja, ish." ujar gadis.

"Abis kamu ngelamun mulu, mikirin apa sih?" Ibu kepala tiga tersebut meletakkan nampan berisikan teh hangat yang baru ia bawa di dapur tadi.

"Gak mikirin apa-apa, bu'e. Cuma bengong."

Laras. Ibu Kayra tertawa pelan mendengar putri nya berkata demikian, "Ndak baik anak gadis bengong. Kesambet kamu nanti."

Kayra cengegesan. "Hehe. Gak lagi, Bu."

"Diminum tehnya. Udah Ibu buatkan."

Dengan senang hati gadis itu menyeruput teh buatan Ibunya dengan perasaan nikmat.

Kayra meletakkan kembali cangkir yang barusan ia teguk sedikit. Kini pandangan gadis itu mengarah pada seseorang yang sudah tidak lagi muda di hadapan nya. "Ibu udah baikan?" tanyanya jelas tersirat nada khawatir.

Laras tersenyum menanggapi putrinya. "Ibu udah baikan sayang dari kemarin. Ngeliat kamu sekarang di depan Ibu, makin sehat Ibu sekarang. Ibu kangen banget sama kamu, nduk."

(Nduk = panggilan ibu kepada anak perempuan nya)

"Maafin Kayra ya Bu'e. Kay jarang pulang ke kampung buat nengokin Ibu."

Laras tersenyum penuh arti, "Gapapa nduk. Lagian biaya perjalanan Jakarta-Jogja juga lumayan. Yang penting kamu fokus belajar biar bisa lulus dengan nilai yang membanggakan. Ibu minta maaf karena udah buat kamu khawatir yah."

Benefit 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang