PROLOG

24.7K 651 13
                                    

Aku lagi sedih, bisa gak kalian hibur aku dengan vote sama komen?

Semoga hari-hari kalian selalu dilimpahkan keberuntungan, seng-sengkuh ❤️

***

"Aku mohon, Kak. Ini terakhir kalinya, deh, aku minta tolong Kakak."

"Kamu, kan, banyak uang. Gak mungkin gak bisa sewa tempat tinggal."

"Kak. Gempa itu anak aku satu-satunya. Aku khawatir dia kenapa-kenapa di tempat yang baru buat dia."

"Sejak kapan kamu peduli sama anak kamu?"

"Kak. Please, yah."

"Yaudah."

Lucyana Bennedict, adik satu-satunya Nara Wiratama Rietta itu memaksa ingin putranya tinggal bersamanya. Katakan saja dia pelit, toh memang begitu nyatanya. Sudah lama Nara memutus hubungan dengan keluarganya setelah orang tuanya cerai ketika dia SMA, dan ini adalah pertemuan pertama dia dan Nara setelah Lucy memilih tinggal bersama ayahnya yang banyak uang ketimbang hidup susah bersama ibunya. Itu lah alasan kenapa Nara tidak menyandang gelar ayahnya, terlalu enggan mengakui bahwa dia satu darah dengan perempuan mata duitan seperti Lucy.

Menerima Gempa Satya Nagara— anak Lucy bersama ... entahlah Nara lupa siapa suaminya. Setahunya Lucy merebut suami orang hingga menghasilkan anak. Apalagi alasannya kalau bukan uang? Batinnya tertawa miris. Kelakuan Lucy tak jauh beda dengan keluarga ayahnya yang selalu mengedepankan uang. Untung dia nurun dari ibunya.

"Makasih, Kak. Makasih banget. Aku bakalan balas kebaikan Kakak." Lucy hampir mengeluarkan air mata haru mendapat kebaikan kakaknya yang lebih langka dari reflesia arnoldi.

"Emang harusnya begitu." Jawaban jutek Nara tak menghilangkan bahagia Lucy.

Putusnya hubungan mereka membuat Lucy sedih jujur saja. Dari kecil dia selalu bergantung pada Nara, sebab Nara tipe orang yang sangat mandiri, tidak seperti dia yang manja. Perpisahannya tentu memberatkan Lucy, seakan memaksa dia untuk mandiri, meski ada ayahnya yang selalu memenuhi keinginannya.

Tidak seperti Nara yang apa-apa harus bekerja keras agar keinginannya terpenuhi, itupun tidak semuanya, karena prioritasnya adalah kebahagiaan ibunya. Sesayang itu dia pada Sang Ibu, meski bersama ibu, dia hidup susah.

"Loh? Mama tumben udah pulang?" Suara seorang perempuan menginterupsi mereka.

Pandangan Nara dan Lucy teralihkan pada gadis dengan potongan rambut wolf cut, dan sepasang pakaian sepak bola hingga betis berisinya terlihat. Tak hanya itu, sebuah bola di sampingnya sudah mencerminkan bagaimana karakteristik gadis itu.

Mata Lucy berbinar melihat gadis dengan wajah foto copy-an kakaknya. "Anak kamu, Kak?"

"Hmm." Seperti biasa, Nara selalu menjawab enggan.

Sebagai bentuk kesopanan, gadis berpenampilan tomboi itu mendekati Lucy dan mencium tangannya. Benaknya bertanya-tanya akan kehadiran orang yang bisa dibilang mirip dengan ibunya. Mungkin saudaranya, kah? Mengingat ibunya tak memiliki sanak-saudara, selain neneknya yang sudah lama berpulang dia jadi skeptis berpikir demikian.

"Cantik, ya, Kak, anakmu. Mirip kamu. Tapi lebih mirip Papanya." Lucy elus rambut wolf cut yang sudah basah akibat dari keringat itu.

"Halo, Tante."

Nara lihat interaksi mereka. Anaknya terlihat nyaman akan keberadaan Lucy, juga binar bahagia Lucy melihat anaknya. Dia tahu ini. Lucy pasti bahagia, seperti ketika dia menikah dengan Abigail. Entah bagaimana ceritanya Lucy bisa mengetahui suaminya yang kini sudah berpulang juga ke rumah Tuhan, padahal dia tak pernah sekalipun mengenalkan suaminya, ketika nikah pun dia tak mengundang. Tiba-tiba dia mendapat pesan bahwa Lucy sangat bahagia mendengar kabar kakaknya menikah dan juga adanya hadiah darinya.

"Ini Tante Lucy. Anak mantan suami Nenek. Lucy, ini Gempi. Gempi Loreana Rosellind."

Masih enggan Nara menyebutkan bahwa Lucy adalah adiknya. Lidahnya seakan kaku jika ingin mengatakan itu. Karena dirinya sudah menganggap Lucy adalah orang asing yang pernah mengisi hidupnya di masa lalu, begitu juga mantan suami ibunya yang harusnya dia anggap ayah.

Tak dia sangka Lucy menangis mendengar nama yang Nara sebutkan. "Aku gak nyangka Kakak nepatin janji kita dulu. Aku kira cuma aku yang—" Lucy tak melanjutkan ucapannya karena tangis.

Nara serta anaknya diam. Nara paham akan perilaku Lucy, tidak dengan anaknya yang terheran-heran, apalagi melihat ibunya yang cenderung tak peduli.

"Maaf, ya, Sayang. Tante cuma terharu. Dulu itu, Mama kamu sama Tante janji, kalo punya anak bakal dinamain Gempa sama Gempi. Soalnya waktu kita main di rumah pohon, ada gempa. Untung kita selamat. Nah, dari sana Tante tiba-tiba kepikiran buat itu. Tante terharu banget. Rasanya Tante mau—" Terang-terangan Nara merotasi matanya, sampai Gempi melotot tak menyangka.

Dari yang ia dengar, sepertinya tante ini adik mamanya. Tapi kenapa dia baru tahu?

"Udahlah. Ngapain kamu nangis segala. Udah sore, mending pulang sana!"

"Mama, ih! Jahat banget!" Refleks Gempi berujar demikian. Dia mengelus punggung Lucy agar tantenya itu tenang. Semoga saja Lucy tidak sakit hati atas ucapan mamanya. Memang mamanya itu sangat jago menyakiti orang dengan ucapan, dia saja sudah kebal dengan hujatan mamanya.

"Gak pa-pa, Sayang. Tante udah kenal banget, kok, sama Mama kamu. Dia memang gitu orangnya. Semoga kamu kuat ngadepinnya." Lucy tertawa di sela deraian air mata.

Dengan senyum maklum, Gempi menjawab, "Iya, Tante."

"Ngemeng-ngemeng. Tante ini siapanya Mama, ya?" Karena kepo, walau sudah berkesimpulan. Tapi bisa saja Lucy ini saudara jauh Nara, kan?

"Tante adiknya Mama kamu." Tak bisa di cegah, Gempi terkejut. Dia lirik mamanya yang malah menaikan alis, seakan keterkejutannya bukanlah hal penting.

"Pasti kamu kaget, ya? Semenjak Nenek sama Kakek cerai, kita pisah dan gak pernah ketemu lagi. Nah, kedatangan Tante ke sini karena mau minta tolong."

"Minta tolong apa, Tante?"

"Anak Tante mau tinggal di sini. Gak pa-pa, kan?"

"Boleh banget, Tante! Aku seneng banget dengernya! Tapi, anak Tante cewek apa cowok?"

"Cowok. Namanya Gempa. Persis kayak nama kamu."

Lucy senang akan respons Gempi yang positif, tidak seperti mamanya. Dia harap setelah ini hubungan mereka semakin membaik.

Itu pun kalau anaknya tidak mengaktifkan mode monster.

***

Tadinya aku mau ngabarin di story IG atau enggak di wall profil wp aku, tapi karena follower IG ku orang-orang awam sama storyku, terus follower wp ku juga intropret yaudin lah langsung gas aja unpub terus makjreng jadilah Gempa versi Refishit.

Rate dong seng-sengkuh dari 100 sampe 1000 berapa?

Aku maksa yawwwww

Lop yu seng-sengkuh

Bales dong

Semoga hari-hari baik menyertai kalian🥰

The Predator's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang