Satu minggu gak ketemu Gempa sama Gempi. Ada kah yang kangen? Kayaknya enggak deh😭😭
***
Tawa sarkas menambah dinginnya
suhu di lorong kosong sana. Sebagaimana belati, mata Gempa mematri begitu menusuk pada sosok tua renta yang sialnya kakeknya. Terang-terangan ia remehkan ucapan kakeknya."Ngapain ngurusin hidup gue? Mending tobat sana. Udah bau tanah juga." Othello layangkan tatap mengerikan.
"Heh, ketiak Lucifer. Umur tidak ada yang tahu. Siapa tahu kau yang mati lebih dulu dariku." Berdecih sinis, Gempa kesal sendiri karena selalu kalah dalam berdebat. "Berani-beraninya kau menyuruhku tobat. Kau saja masih suka bermaksiat."
Bulu halus lebat di atas kelopak mata sebelah kanan, naik dengan raut meremehkan. "Aku mencintai Gempi. Dan itu tulus tanpa nafsu atau bahkan paksaan. Malahan Gempi juga mencintaiku." Gempa utarakan kebohongan dengan cara bicara berbeda.
Tidak nyaman rasanya menggunakan bahasa biasa yang sering ia gunakan akhir-akhir ini.
Jauh yang sebenarnya Gempi belum mencintainya. Hanya saja ia tidak ingin diejek oleh tua bangka yang sedang sok sayang pada cucu yang ia abaikan bertahun-tahun.
Lidah ciptakan decakan kesal, rasanya Othello ingin sekali melempar cucunya dari atas gedung ke lantai dasar. "Seberapa jauh kau mengenal cinta, heh?" Othello mendongak pongah, merasa bahwa dia adalah senior percintaan. "Kalaupun kau ingin mencintai perempuan, ya, jangan cucuku."
"Jangan bodoh. Ingat! Kau ini calon don mafia." Telunjuk Othello angkat sebagai sarat ancaman. "Cinta akan menjadi kelemahanmu."
"Aku manusia," ujar Gempa dengan intonasi dingin sekaligus lelah. "Apa selama ini kau berpikir kalau aku robot? Diciptakan tanpa perasaan?"
Terbentuk lekukan di kening Othello, berikut dua belah alis saling menyatu. "Sudah lupa kalau kau ini laki-laki, heh? Lupa apa ajaranku sebagai laki-laki?"
Tetap ekspresikan ketenangan biarpun benak digandrungi kesal sekaligus kesal oleh tuntutan kakeknya. Pun Gempa berucap, "Menurutmu laki-laki itu tercipta sebagai robot? Itu makanya dia tidak boleh memiliki perasaan apapun? Kalau begitu apa artinya posesifmu pada Gempi? Apa itu hanya obsesi? Lalu bagaimana dengan kesedihanmu beberapa hari lalu?"
Mulut Othello mengatup rapat, disertai sorot kosong yang semula tajam. "Kalau kau merasa laki-laki tidak boleh memiliki perasaan, jangan menyayangi Gempi. Bahkan sampai posesif terhadapnya."
"Dan ingat." Sebelum berlalu Gempa berucap demikian. "Aku dan dia hanya sepupu. Dan itu sah-sah saja untuk menjalani hubungan, bahkan menikah pun boleh." Adalah kalimat terakhir sebelum ia tinggalkan Othello dan ribuan benang kusut di kepalanya.
***
"Dari mana?" Gempa dapat melihat adanya sorot khawatir dari netra Gempi.
Di ruangan Gempi, ia belum mendapati sosok Nara maupun Varo. Rasanya mereka lama sekali mengambil pakaian Gempi serta makan malam mereka.
"Luar," jawabnya singkat, padat, dan tidak jelas.
"Kepalanya? Coba gue lihat?" Menunduk; tunjukkan kondisi kepalanya setelah dijambak Othello.
Meringis saat bayangan betapa kerasnya Othello menjambak Gempa, Gempi juga ingin tahu alasan atas tindakan tiba-tiba Othello. "Kenapa Kakek jambak lo? Lo ada salah?"
Beri gelengan samar, Gempa taruh wajahnya di pangkuan Gempi begitu kepalanya merasakan usapan lembut. "Dia emang gak jelas."
"Dia nyuruh gue istirahat, sementara gue kaget banget liat dia tiba-tiba jambak lo. Ya, mana bisa istirahat kalo gitu, orang gue kepikiran terus." Terpejam nikmati usapan Gempi, Gempa juga jadi merasa ingin tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Predator's Obsession
Teen FictionYang Gempi tahu, Gempa itu baik, Gempa itu introvert, Gempa itu pendiam, Gempa itu lemah, Gempa itu cupu. Tapi dia tidak tahu. Siapa Gempa yang sebenarnya. Dia hanya tahu covernya saja. Tidak tahu bagaimana isi kepala Gempa ketika melihatnya. Start...