Rahila
Aku udah mendarat dengan selamat di Kuala Lumpur International Airport and ready to get back to work.
Tau nggak apa yang ngeselin? Zidan ikutan duduk di golf cart bandara dengan alasan aku butuh diawasi. Emangnya aku kriminal?
Golf cart ini memiliki tiga baris kursi, yang paling depan supir. Si ngeselin duduk di baris kedua, dengan satu koper size XS dan tas laptop di sisi kanannya. Sedangkan aku duduk di baris ketiga karena males banget duduk deket dia.
Aku menyalakan handphone yang daritadi di airplane mode, seketika telepon masuk
"Annyeonghaseo Eun Su ssi, what's up? Sorry, I've just landed.*" Eun Su adalah Quality Analyst dari Tim Korea Selatan.
*Halo Nona Eun Su, ada apa? Maaf, saya baru mendarat
"I see, welcome back! Anyway, I think we have an issue with our new Team Leader.*" Terdengar Eun Su di ujung sana berbicara dengan aksen English-Korean-nya. Ia melaporkan kalau ketua tim mereka bermasalah.
*Ah oke. Selamat datang kembali! Ngomong-ngomong, kayaknya ada masalah deh sama ketua tim kami.
"Kenapa dia?" Tanyaku, tentu saja dalam Bahasa Inggris.
Aku bekerja sebagai Trust and Safety Manager di Asenta, Malaysia. Mungkin banyak yang belum tau apa itu Trust and Safety (TS).
Sekarang zamannya sosial media, kan? Di setiap sosial media ada kebijakan yang harus dipatuhi oleh pengguna.
Kalau pengguna misalnya upload video di Youtube tentang pembunuhan terus ada darah dan luka yang kelihatan, pasti di take down atau dihapus oleh Youtube dan muncul tulisan melanggar kebijakan Youtube, betul? Nah yang menghapus itu adalah tim Trust and Safety.
Kok bisa Asenta Malaysia yang me-review video Youtube? Google kan perusahaan besar, mereka bisa menugaskan perusahaan lain atau third party untuk melakukan pekerjaan itu.
Dalam hal ini, Google bekerja sama dengan Asenta Malaysia untuk membantu me-review video-video Youtube yang melanggar kebijakan mereka.
Karena pengguna Youtube ini ada di seluruh dunia dan menggunakan berbagai macam bahasa yang berbeda, jadi di Asenta Malaysia memiliki banyak pegawai dari berbagai macam negara seperti Indonesia, Malaysia, Korea Selatan, Jepang, Myanmar dan Vietnam.
Ya, 70 orang dari 7 negara itu menduduki lantai 27 gedung kantor kami di Esquire, Bangsar. Ya, betul sekali, aku dan dua temanku lainnya adalah Manager mereka.
Makanya aku marah ketika Zidan menyuruh untuk ambil cuti sakit karena liat kan betapa besar tim yang aku punya?
"Alright, Eun Su ssi, thank you for being so helpful. I'll cascade the issue to Fuad and Ikram once I arrive at the office around 3 or 4pm. See you there."* Aku mengakhiri telepon dengan Eun Su, dia berada di tim Korea Selatan sebagai seorang Quality Analyst. Masalah internal sekecil apapun di tim, laporan harus diberikan kepada Team Leader (TL). Tapi karena TL mereka yang bermasalah akhirnya Eun Su melaporkannya kepadaku.
*Oke, Nona Eun Su, terima kasih sudah sangat membantu. Saya akan laporkan masalahnya ke Fuad dan Ikram ketika sudah sampai di kantor sekitar jam 3 atau 4 sore. Sampai jumpa.
Zidan menengok ke belakang dan ia pun mulai nyerocos, "baru mendarat aja langsung ya terima telpon panjang lebar sampai muka kusut gitu."
Aku mengernyitkan dahi, "kenapa segala hal harus lo komentarin sih? Iri sama gue karena lo nggak ada yang nelpon?"
"Jangan lupa ke dokter. Aku tau kamu nggak bakal mau, jadi aku mau ikutin kamu sampe kantor."
Aku menengadahkan kepala mendengar ide konyol orang satu ini, "shiz! Can you just, for once, stay away from my business?" (Bisa nggak sih nggak ganggu urusan gue?)
"No."
Aku mendengus kesal, "you make me sick." (lo buat gue muak)
"Udah sering denger dari orang-orang." Jawab Zidan sekenanya.
"Terus lo bangga gitu udah buat orang marah-marah?"
Dia diam. Golf cart kami sudah sampai di imigrasi, antriannya lumayan panjang. Oh tentu aja si orang paling ikut campur ini antri juga di belakangku.
Aku mencari passport di dalam tas dan ternyata teleponku sudah berdering dari tadi.
"Assalamu'alaikum Ra, kat mana eh?" sekarang Fuad yang menelepon bertanya aku ada di mana dengan Bahasa Melayu. Selain aku, ada dua manager lainnya di kantorku yaitu Fuad dan Ikram.
"Wa'alaikumsalam, aku kat imigresyen." Jawabku dengan Bahasa Melayu juga.
"Aku baru selesai di Asenta Putrajaya, aku jemput kamu sekalian ya?"
"Nggak perlu, aku lagi nunggu taksi online. Nanti ketemu aja di kantor, oke?" Aku mematikan telepon.
Tiba-tiba si ngeselin bersuara, "harus banget bohong? Masih antri di imigrasi padahal."
Aku membentak dirinya, "kenapa sih dari tadi selalu komentar setiap gue nerima telfon!"
Zidan menghela nafas panjang, "ya lagian ngapain juga pake bohong, kan hemat dijemput."
Aku memilih diam dan gak bersuara selama mengantri di imigrasi karena perutku mulai terasa mual lagi.
Pemeriksaan passport selesai, aku mendorong koper XS-ku dan berjalan menuju bagasi untuk mengambil koper size M.
"Kamu pakai provider apa di Malaysia?"
Ya Allah, dia beneran mau ngikutin aku sampai kantor? "Lo lupa ada yang namanya Google? Tinggal cari aja susah banget, sih!"
"Selalu deh kamu tu, pertanyaan dijawab dengan pertanyaan, nggak pernah bisa tenang ya kalau ngomong sama kamu."
Aku terus berjalan ke area menunggu taksi online tanpa memperdulikannya.
Ngapain juga si Zidan ganti nomor? Paling lama juga seminggu di sini untuk ikut konferensi. Memangnya nggak bisa pakai roaming atau pocket WiFi aja?
"Sekali lagi aku tanya, kamu pakai provider apa?"
Aku menggertakan gigi karena kesal, "Axiata."
"Di minimarket ada?" Suaranya sudah sedikit melembut. Hah? Lembut? Pokoknya udah nggak ngegas.
Aku mengangguk, mengambil kacamata hitam dari dalam tas dan memakainya.
Taksi online sampai. Baru sadar ketika Zidan meletakan koper di bagasi, dia pakai koper Samsonite size XL? Gede banget kayak orang pindahan? Mau berapa lama dia di sini? Lebih dari sebulan?
"The audacity??" (Berani-beraninya lo) Karena dia memilih duduk di sebelahku.
"Ya kenapa sih? Silau tau di depan, aku mau di kursi belakang aja. Mau tidur" Balasnya enteng.
"Esquire, Bangsar ya, cik?" Tanya supir yang melihatku dari kaca spion.
"Ya, uncle." Balasku
Aku mengabaikan si rese selama sisa perjalanan menuju kantor.
***
Ribut mulu ya mereka berdua tuh 😆
Chapter 4, soon!
KAMU SEDANG MEMBACA
Permintaan Hati
RomanceRahila Syahin adalah seorang Trust and Safety Manager di Asenta, Malaysia. Selain kerja kantoran, ia juga sedang melanjutkan studinya di Universiti Malaya jurusan South East Asian Studies. Pada ketinggian 36.000 kaki, di penerbangan GA 874 tujuan Ja...