Empat Puluh Dua

2.5K 118 2
                                    

Zidan

"Nggak ada deh drama cerai-cerai lagi. Yang kemarin terakhir kalinya di hidup aku." Kata Rahila. Kami sedang makan siang di Kimukatsu Pacific Place.

Aku terkekeh, "kenapa?"

"Dulu aku suka waktu sibuk nyiapin pernikahan, sekarang enggak sama sekali." Mukanya tertekuk menggemaskan. "Semua ide dekorasi, baju sampai souvenir sudah aku habiskan di pernikahan pertama kita."

"Sekarang yang simple aja, Ra. Aku juga malu kalau pernikahan kedua hebohnya kayak yang pertama"

"Gitu ya?"

Aku tertawa. Rahila kembali mengomel, "kok ketawa sih?"

"Udah lama nggak ketemu Papa, nggak ngobrol langsung sama beliau, gaya ngomong kamu Papa banget."

Orang tua Rahila datang dua hari yang lalu dari Rusia untuk membicarakan rencana pernikahan kami. Terlalu banyak air mata dan kata maaf pada pertemuan keluarga tersebut. Tapi syukurnya, kedua orang tua kami mudah meminta maaf, memaafkan dan mengambil hikmah.

"Hehehe, jadi gimana? Di rumah aja acaranya?" Tanyanya

Aku terkejut, "pernikahan pertama di Ayana, masa yang kedua di rumah?"

"Mau Ayana lagi?" Rahila menunduk menatap iPad-nya, masih bingung menentukan lokasi pernikahan. "Aneh nggak sih kalau terlalu mewah? Ini kan pernikahan kedua, cowoknya sama pula."

Aku terbahak mendengar keluhannya, "saran Papa apa?"

"Papa sih nggak bakal undang diplomat dan menteri-menteri lagi katanya, terserah kita sekarang."

"Ya udah di Ayana, acaranya sore menjelang malam, terus konsepnya garden party." Aku menyarankan

"Wow, kamu mau garden party?"

Aku mengangguk. "Kalau lagi makan di Plataran atau Cork and Screw Senayan suka aja vibes hijau dedaunannya. Ayana bukannya gitu juga ya? Yang Raisa sama Hamish itu kan akadnya outdoor di situ."

Rahila terbahak sambil memukul lenganku, "kamu tau artis? Biasanya nggak tau."

"Waktu PPDS, istri salah satu pasien ngomong ke aku 'eh saya pikir Hamish Daud jadi dokter sekarang' ya aku kan nggak tau siapa si Hamish Hamish ini, terus temenku ketawa ngasih tau, 'itu loh pacarnya Raisa.' Raisa siapaaa juga aku nggak tau."

Rahila masih tertawa sambil memegang perutnya, aku kembali melanjutkan, "nggak berapa lama habis kejadian itu, Raisa - Hamish nikah. Nah tanggal nikahan mereka sama kayak tanggal aku melamar kamu."

"Masa sih?" Rahila memiringkan kepalanya mencoba mengingat.

"Iya, di perjalanan waktu mau ke rumah kamu, aku denger penyiar radio pada bercanda dan bilang 'hari ini Hari Patah Hati Nasional karena Raisa dan Hamish Daud akan melangsungkan akad nikah mereka'" Jelasku

"Hahahahaha kok aku ngakak sih kamu ngomongin seleb begini."

"Pinter di segala bidang kan aku?" Aku tersenyum bangga. "Terus sekalian pengen tau, emangnya aku mirip Hamish Daud? Aku browsing nama dia, tapi malah kepincut sama konsep outdoor akad mereka di Ayana."

"Duh capek aku ketawa terus."

Siang itu aku dan Rahila membuat keputusan final untuk beberapa vendor seperti pakaian, videography dan dekorasi. Dari pernikahan pertama kami, tiga hal ini selalu menjadi fokusnya, bahkan dia tidak terlalu peduli dengan makeup, katanya, "kalau udah cantik sih diapain aja tetap cantik."

Ya, Rahila selalu cantik di mataku.

***

Dr. Amel dan dokter PPDS yang lain menundukan kepalanya. Aku kembali menjelaskan dengan berapi-api, "setiap Kamis jadwal lebih krusial dibanding hari lainnya, karena kita akan mendiskusikan semua pasien selama seminggu, meninjau patologi, perjalanan klinis sampai kesepakatan tentang penyakit mereka. Masih anda anggap ini permainan? Hah?"

Permintaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang