Tiga Puluh Empat

1.2K 87 2
                                    

Rahila

"Pa, kenapa Papa selalu ditugasin di Eropa Timur sama Tengah sih?" Kataku ketika kami sedang berada di Conversation Cafe untuk makan dessert. "Papa nggak ke kiri-kirian kan?"

Papa tertawa mendengar pertanyaanku. "Papa tu nggak kiri nggak kanan, Papa ikutin syariat agama."

Beliau melanjutkan, "makanya pas kamu umur 14 tahun, ngerengek mau lepas kerudung, Papa takut. Mama dan Papa memutuskan untuk menyekolahkan kamu di Indonesia. Alhamdulillah kamu mau."

Aku tersenyum, "Rara sih mau karena males aja ribut mulu sama Mama."

Ini candaanku sama Papa sebagai lulusan Hubungan Internasional. Setiap negara kan punya bentuk pemerintahan kayak, demokratis, komunis atau sosialis. Kiri tuh maksudnya ideologi yang.. Yah gitu deh. Aku nggak mau bahas politik.

Lima bulan berlalu sejak aku memutuskan resign dari pekerjaan sebagai seorang Manager, juga lulus sidang tesis dengan nilai A!

Berarti, sudah Lima bulan aku tinggal di Moscow, Rusia. Untungnya orang tuaku nggak malu kalau ditanya, "oh anaknya kerja apa sekarang?"

Dan mereka jawab, "lagi ambil gap year, mau liburan." Alias pengangguran.

Di negara barat sudah biasa dengan sebutan gap year contohnya anak pertama Barack Obama, Malia, tahun 2016 dia udah keterima di Harvard University, tapi nggak mau langsung kuliah, mau me time dulu selama setahun setelah lulus SMA.

Karena aku bukan anak Barack dan Michelle Obama, melainkan kaum mendang mending, setelah sebulan tanpa pekerjaan, aku memutuskan untuk memasang 'Open for Opportunity' di LinkedIn.

Tapi, belum ada gaji yang sesuai untuk hidup di ibu kota. Ketika di Malaysia, gajiku besar karena hitungannya adalah ekspatriat. Di Indonesia, dengan jabatan dan usia sepertiku, tidak mungkin mendapatkan gaji sebesar ketika dulu di Asenta.

Biar nggak suntuk dan semakin menjadi beban keluarga, aku menawarkan diri untuk menjadi baby sitter kepada orang tua muda Indonesia di sini. Ada yang suami istri sama-sama S2, jadi dari pagi sampai sore di hari-hari tertentu aku merawat anak mereka.

Ada yang anaknya kembar dan butuh bantuan ketika suaminya shift malam, jadi aku menginap di rumahnya. Lumayan menyenangkan walaupun aku nggak ada pengalaman sebelumnya. Lucunya juga, mereka semua usianya di bawah aku. Ya udah nikmatin aja.

Sejauh ini, cukup menyenangkan kembali tinggal bersama orang tua. Walaupun aku mengeluh karena Papa selalu ditempatkan di Eropa Timur atau Eropa Tengah, tahun baru kemarin aku mulai mencintai Rusia. Orang-orangnya juga ramah, seperti di Ceko dan Hungaria, jadilah aku makin betah di sini.

"Kamu udah ngehubungin Abrar?" Tanya Papa

Aku menggelengkan kepala, "belum, Pa. Beda waktu 6 jam bikin Rara lupa terus."

"Makanya Papa selalu pasang alarm, Ra untuk jadwal nelfon kalian."

"Hah? Jadi selama ini, Papa dan Mama ngelakuin itu?" Aku nggak percaya mendengar pengakuannya.

"Iya dong, sayang. Kewajiban Mama dan Papa untuk ngerawat kalian, selama kita masih hidup." Jawabnya.

"Pa.." Aku sedikit ragu untuk bertanya. "Papa lebih malu Rara cerai atau nganggur?"

Papa melotot, "eh pertanyaan macam apa itu?"

Aku menunduk, "ya dijawab aja, Pa. Kok Rara selalu merasa gagal ya?"

"Ra, jangan gitu dong ngomongnya, Nak." Raut wajahnya kini berubah khawatir. "Papa sama Mama nggak ada yang kecewa sama Rara. Sejak cerai kan kamu menyibukkan diri, sampe S2 segala, malah kita kaget waktu itu." Jelas Papa.

Permintaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang