Rahila
"Untuk tim Jepang, Quarter 3 KPI sudah selesai semua?" Tanya gue kapada Yamada, dia adalah Ketua Tim Jepang.
"Sudah, Ra."
"Oke, rencananya saya akan mengadakan Awards atau pemberian Penghargaan ketika pengumuman Q3 nanti. Untuk Ketua Tim, tolong siapkan tiga nama dari tim kalian siapa yang berhak mendapatkan penghargaan."
Phuoc Chong Ketua Tim Vietnam bertanya, "untuk apa ada penghargaan?"
"Ini rencana tim Manager, biar pada semangat kerja. Nanti dikasih sertifikat sama uang tunai."
Ide kami mendapatkan tepuk tangan dari 7 Ketua Tim yang hari ini meeting dengan aku, Ikram dan Fuad.
"Semoga awards ini bisa menambah produktifitas mereka dan sebagai bentuk penghargaan atas kesetiaan mereka dengan pekerjaannya." ujar Ikram.
"Ada yang mau disampaikan sebelum acara minggu depan?"
Dengan malu-malu Maryam, Ketua Tim Malaysia, mengangkat tangan, "ganti katering dong, Ra yang acara Quarter 2 kemarin kurang enak."
Kami tertawa, "aduh kalau makanan tanya sama Wellness Team. Tapi boleh diganti, ada anggarannya kok."
Meeting selesai. Aku kembali ke ruangan, duduk di kursi kerja dan memutarnya berkali kali. Tiba-tiba aku kepikiran, kayaknya mau jadi Youtuber aja deh? Hari ini ada kasus seorang Youtuber yang videonya dihapus dan marah-marah. Sampai Google APAC (Asia Pacific) menghubungi kami kalau video tersebut tidak melanggar kebijakan.
Aku ingin tau penghasilan dia berapa sih dengan subscriber yang jutaan tersebut, setelah ditelusuri, dari satu video dia mendapatkan lima ratus juta rupiah? Huah, terus ngapain gue kerja keras sampai kaki di kepala, kepala di kaki begini?
Tok Tok Tok
Fuad membuka pintu dan masih berdiri di sana, "Ra, mau makan di Dolly Dimsum nggak habis balik kantor?"
"Boleh, yang di mana?"
"Pavilion?"
Gue mengangguk, "oke."
***
Fuad baru bekerja di Asenta selama lima bulan. Ia adalah orang Melayu Malaysia lulusan King's College, London yang sebelumnya bekerja di perusahaan pesaing Asenta yaitu Nexus.
Bulan lalu adalah pertama kalinya ia mengajakku jalan, saat itu juga aku langsung mengatakan, "aku janda, kamu nggak apa-apa?"
Tanpa ragu ia menjawab, "nggak masalah. Kenapa memangnya?"
"Aku cuma takut ada orang lain yang ngomongin dan menyakiti kamu karena statusku. Soalnya kamu single. Duda juga bukan."
Ia tersenyum menenangkan, "nggak akan ada yang menyakiti aku, Ra."
Bagaimana bisa masa lalu membunuh kepercayaan diriku? Carut marut hati belum juga tertata rapi. Namun, pilihan hidup selalu terhampar luas tak bertepi. Jadi, sejak hari itu, aku menerima ajakannya untuk makan bersama selepas kerja. Entah itu Teppanyaki, Dim Sum atau Pasta.
"Ra, sadar nggak sih, ketika merespon omongan orang lain, kamu termasuk yang cepat banget?" Aku dan Fuad sudah berada di Dolly Dimsum Pavilion seperti yang dijanjikan tadi.
"Iya, banyak yang bilang juga aku kalau ngomong kelewat cepat."
Fuad tersenyum, "waktu kita pesan milkshake di Huckleberry, waiternya nanya, 'coklat, vanila atau strawberry'? Dengan cepat kamu jawab 'vanila' sampai waiter-nya ketawa, aku juga ketawa karena wow cepet banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Permintaan Hati
RomansaRahila Syahin adalah seorang Trust and Safety Manager di Asenta, Malaysia. Selain kerja kantoran, ia juga sedang melanjutkan studinya di Universiti Malaya jurusan South East Asian Studies. Pada ketinggian 36.000 kaki, di penerbangan GA 874 tujuan Ja...