Dua Puluh Delapan

1.1K 94 3
                                    

Rahila

"Ra, hari ini kita ada video conference sama team di India dan Singapore." Ujar Fuad. "Nih kopinya."

"Makasih, Ad." Jawabku.

Aku berada di lantai 27 sejak pagi dan Syafiq meng-handle lantai 22. Sekarang sudah jam dua siang dan sudah habis juga dua gelas kopi.

Salut sama Papa yang sanggup kerja puluhan tahun, pindah dari satu negara ke negara lainnya demi menghidupi keluarga. Aku yang menghidupi diri sendiri aja penuh dengan keluhan.

"Oh iya, Ra nanti jam 4 Natasha akan training ke Content Analysts karena ada pembaharuan Kebijakan dari Youtube." Fuad menjelaskan sambil fokus ke layar laptopnya.

"Okay, Fuad." Kataku.

"Setelah Natasha selesai training, kamu ke ruangan mereka terus kasih tau target kita akhir tahun ini." Perintah Kumar.

"Baik, Kumar." Jawabku malas-malasan.

"Team, jangan lupa besok kita akan kedatangan Maya dari Google APAC, meeting dengan mereka tentang planning tahun depan dan juga makan siang." Ucap kumar.

"Noted." Jawab yang lain kompak

Tiga minggu berlalu sejak liburan ke Penang berakhir. Hari-hariku dipenuhi dengan meeting yang panjang, malam yang sepi dan lelah yang tak berkesudahan.

Ibu dan Ayah secara bergantian setiap hari nge-chat dan video call menanyakan kabarku, ngomongin cucu-cucunya dan Ibu cerita tentang resep baru yang ia coba masak. Yes, video call semalaman sampai aku ketiduran.

Pernah di suatu malam ketika lagi super burnout akibat kerja terus menerus, aku memutuskan makan malam dengan Bella dan dia bilang, "kayaknya kebutuhan biologis lo harus disalurkan deh, Ra. Biar nggak uring-uringan."

Aku setengah memekik, "astaghfirullah! Gila ya lo!"

"Hihihi, maksud gue cepetan nikah. Daripada lo ngeluh terus." Sarannya yang makin mengada-ada, dipikir nikah sama aja kayak pergi ke Indomaret? "Lo pernah nikah dan tau kan betapa bahagianya kalau ada orang yang mendengarkan cerita kita?"

"Boro-boro gue cerita panjang lebar ke Zidan pas masih nikah." Sanggahku.

"But the sex was good, right?" Ucap Bella menggodaku

"Yeee apaan sih lo!" Aku melotot. "Gue nggak ngomongin urusan kayak gitu sama lo ya, Bel."

"Hihihi, tuh kan sensi banget." Canda Bella. "Sekarang gini deh, lo di rumah sendirian. Gimana nggak stress coba? Di kantor emang ramai, tapi lo kerja." Jelasnya lagi.

Bener sih yang Bella bilang. Ya Tuhaaan, tolong permudah pertemuanku dengan jodoh yang baik, bertanggung jawab, peka, peduli dan tidak banyak menuntut. Hehe, banyak banget ya permintaannya?

Untungnya lusa aku akan ke Jakarta untuk menghadiri akad dan pesta pernikahan keponakannya Zidan.

Paling enggak, aku akan banyak bicara dengan orang lain, bukannya sendirian di rumah.

Waktu remaja sampai usia awal 20an, aku suka kesendirian. Tapi semakin bertambahnya usia, aku lebih suka ngobrol dan berada di keramaian. Apalagi memiliki Bella dan Nurin adalah sebuah anugerah tersendiri untukku.

Aku jadi teringat drama Korea Be Melodramatic tentang 3 perempuan yang bersahabat dan tinggal bersama.

Ketiga perempuan itu memiliki masalah hidupnya sendiri. Tapi yang paling 'aku banget' adalah masalahnya Lee Eun Jung yang diperanin Jeon Yeo Been.

Dia kehilangan tunangannya dan hampir bunuh diri. Oleh karena itu dua sahabatnya memutuskan agar mereka tinggal bersama.

Jangan salah sangka loh ya, aku nggak sampe pengen mengakhiri hidup, cuma kehilangan semangat untuk menjalani hari-hari aja.

Permintaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang