Rahila
Duh terserah si Kumar deh mau ada project baru dari Google atau enggak, aku udah males. Nggak liat apa KPI (Key Performance Indicator) kita jeblok dari Q1-Q3?
Beberapa tim udah pada males kerja keras kalau nggak ada uang lembur. Ya entah siapa yang disalahin, karyawan yang enggak punya loyalitas atau uang lemburnya yang kurang?
Kepalaku juga mau pecah meeting nggak selesai-selesai.
1 Notifikasi dari Google Chat
From Tissa
Lunch di luar yuk, Bu. Saya yang traktirRahila to Tissa
Banyak uang kamu, Tis?From Tissa
Alhamdulillah. BTW, maaf ya, Bu Tim Indonesia paling jeblok nilainyaRahila to Tissa
Auk ah saya juga udah bingung.From Tissa
Jangan resign, Bu, please.Rahila to Tissa
Enggak. Tagihan masih banyakDulu aku ingin menjadi Diplomat karena bisa menjalin kerjasama antar negara, terus keliling dunia.
Tapi Papa bilang, "perempuan jangan jadi Atase maupun Diplomat, kasian suaminya ngikutin ke mana-mana. Jadi dosen aja, ada kok sekali-kali keliling dunia buat penelitian."
Ada pula candaan mama, "kalau nggak jadi Diplomat, minimal jadi istri Diplomat, Ra." Tapi sejak kerja di Trust and Safety Team, aku mau jadi Youtuber; jalan-jalan keliling dunia, dibuat vlog dan menghasilkan uang.
Aku rasa, idealisme berubah seiring bertambahnya usia, apalagi kalau baca artikel online, Millennial udah pada males kerja kantoran semua. Maunya bisa kerja di mana aja tapi tetap menghasilkan uang.
"Bu, kita rencananya mau ke Amber Chinese Food." Ujar Tissa setelah meeting selesai
"Saya ikut aja." Jawabku.
Fuad datang dan tersenyum, "yuk, Ra. Udah lama kita gak makan di Amber."
"Iya, saking sibuknya akhir-akhir ini bawa lunch ke ruangan." Ucapku.
Sambil menunggu lift, kami sibuk memilih menu makanan. Pas makan di luar seperti sekarang, biasanya yang gabung itu manager dan Team Leaders dari tim Indonesia dan Malaysia.
Selain candaan yang kurang lebih sama, kalau udah males ngomong Bahasa Inggris, kita pakai bahasa masing-masing tapi masih tetep paham. Secara orang Malaysia tontonannya film dan sinetron Indonesia, musiknya juga.
"Mana oleh-olehnya, Tis dari Indo?" Tanya Mona ketika kami sedang menunggu makanan datang.
"Eh, gue cuma nganterin suami yang check up." Ujar Tissa.
"Ada masalah lagi?" Tanyaku.
Tissa menggelengkan kepala, "dia masih suka ke suggest gitu loh kalau ada benjolan di anggota tubuhnya."
"Pernah sakit apaan emangnya?" Tanya Fuad
"Kanker getah bening," Jawab Tissa. Lalu dia menoleh ke arahku, "eh iya, dr. Zidan lanjut S2 di sini, Ya Bu?
WTF, pantesan aja udah sebulan masih di sini.
"Nggak tau." Ungkapku mengangkat bahu
"Bukannya ibu sama dr. Zidan sodaraan?" Tissa mengernyitkan jidat.
Aku tertawa pelan, "aduh, pikiran dari mana itu?"
"Waktu itu kalian barengan, yang Ibu izin sakit, balik dari Indonesia."
"Bukan sodaraan."
Tissa tersenyum jail, "yah, mau kepo tapi nggak enak sama boss sendiri."
Aku terkekeh, Ibra nyeletuk, "Bu, kalau butuh cowok single, temen saya di Indonesia sama Malaysia banyak, Bu."
"Makasih, Bra, nanti-nanti aja." Jawabku asal.
Ibra menatapku serius, "jadi ibu udah ada yang punya?"
Aku menggeleng, Tissa masih kepo, "dr. Zidan, apanya Ibu? Yah keceplosan juga."
Disambut tawa yang lain, aku berdehem dan mereka mendadak diam, "mantan suami."
Gantian sekarang mereka yang berdeham dan pura-pura sibuk dengan makanan masing-masing.
Tissa memecah keheningan, "eh maaf, Bu. Saya nggak ada maksud."
"Yah kalian kan emang begitu, kepo urusan orang lain. Kalau nggak kepo baru saya yang kaget." Balasku seraya tertawa pelan.
"Hehehe masih pengen kepo sih, tapi harus nahan diri." Ujar Ibra sambil menepuk dadanya sendiri. Sesaat kemudian ia dilempar tisu oleh Mona karena ucapannya itu.
Tissa mengancam Ibra, "hush diem aja lo. Nggak sopan sama Bu Rara."
"Maaf, Bu." Ucap Ibra.
"Santai." Jawabku pendek.
"Ra, rencananya anak-anak Chow Kit mau ke Pusat Sains Negara." Kata Fuad tiba-tiba. Lah aku baru nyadar ada dia. Setiap habis denger nama Zidan, pikiranku tiba-tiba blank kosong nggak jelas.
Aku berpikir sebelum menjawab pertanyaannya, takut menyinggung, tapi ya udah lah ya, "nggak tau sih ya, tapi kan beberapa dari mereka bahkan nggak sekolah formal. Belum tau apa itu sains."
Fuad tersenyum, "ada satu cikgu yang nggak setuju. Menurut kamu mending ngapain?"
"Ke pantai. Duduk, makan dan main. Aku rasa mereka belum pernah liat pantai." Jelasku.
Yang lain terkejut mendengar ucapan kami, "kalian berdua ngapain sih? Kok ngomong anak-anak terus." Tanya Tissa ingin tau.
"Gue sama Fuad kerja sukarela gitu setiap balik kerja. Fuad udah lebih dari lima tahun, gue sih baru dua minggu."
Ibra berdeham dan memajukan badan, "Bu kalau saran saya, mending.."
Tissa memukul meja pelan dan melotot ke Ibra, aku tertawa melihat kelakuan mereka, "mau ngomong apa, Bra?" Tanyaku.
"Mending pacaran, Bu balik dari kantor heheh." Mukanya berubah serius, "waktu saya update sosmed foto bareng Ibu Rara, temen-temen saya nanyain Ibu."
Hening. Nggak ada yang meladeni Ibra.
Grup Chat Tim Indonesia
Tissa
Ibra banyak omong lu. Nggak tau kalau Pak Fuad suka sama Bu Rara??Ibra
Coy coy coy, demi apa? Lah nggak peka dong gue?Rara
Temenan aja kita. Udah jangan gossip. Habisin makanannya.Ya beginilah, nggak ada privasinya hidup di zaman sekarang. Ingin tau urusan orang lain dianggap wajar. Awalnya aku risih sama Gen Z yang dikit-dikit kepo, tapi ya udah lah ya nggak ada yang perlu aku tutup-tutupin juga. Toh bukan lagi ngomongin aib.
***
Dua jam setelah selesai makan siang dan aku masih kepikiran omongan Tissa. Si makhluk Tuhan paling nyebelin akan berada di sini selama setahun? Kemungkinan aku bertemu dengannya bisa lebih dari 5%.
Ya ampun emang manusia overthinking aku tuh. Tapi males banget menghubungi Hana untuk konsultasi. Bisa nggak sih aku sembuh secara mental melalui jalur mandiri?
From Fuad to Rara
Ra, habis ini Kumar ngajak aku ke daerah Bukit Bintang untuk meeting. Udahnya makan malam di Nasi Ayam Chee Meng yuk?From Rara
Boleh. Ketemuan di sana yaFrom Fuad to Rara
OkeFuad.. Dia terlalu baik. Iya aku tau omonganku klise. Tapi, aku adalah kisah-kisah patah yang mencoba bertahan. Tanda tanya berhamburan yang membutuhkan jawaban.
Pernah ada yang bilang: setiap dari kita akan mencintai satu kali, sisanya hanya untuk melanjutkan hidup. Aku rasa itu benar.
***
Nggak tau chapter 14 aku publish kapan. Lagi nggak ada inspirasi :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Permintaan Hati
RomanceRahila Syahin adalah seorang Trust and Safety Manager di Asenta, Malaysia. Selain kerja kantoran, ia juga sedang melanjutkan studinya di Universiti Malaya jurusan South East Asian Studies. Pada ketinggian 36.000 kaki, di penerbangan GA 874 tujuan Ja...