Delapan

1.7K 105 3
                                    

Rahila

Ada seorang mantan pegawai Amazon mengatakan di internet, "kalau anda bekerja dengan Bezos: jangan malas, pastikan nol kesalahan dalam bekerja dan kalau anda tetap membuat kesalahan, anda harus segera minum obat pencegah kebodohan setelahnya." Bikin ngakak sih yang terakhir, adakah obat pencegah kebodohan? Karena aku butuh itu sekarang.

"Capek ya, Ra?" Tanya Fuad ketika ia masuk ke ruangan dan membelikan Vanilla Cookies and Cream Ice Blended di Coffee Bean

Aku tersenyum, "ih ngapain repot-repot sih, Fuad. Makasih tapi hehe." Kataku menerima minuman tersebut.

Fuad duduk di kursi di depanku, "anytime. Tapi menurutmu, Ra Google bakal tetap pakai Asenta nggak untuk project Youtube Kids?"

"Tetap dong. Emang kerja mereka mengancam doang. Santai aja."

Fuad tertawa pelan, "kamu udah biasa ya menghadapi Mike dan Sanny?"

Mike dan Sanny adalah Manager Google APAC. Aku mengangguk, "udah tiga tahun, udah kebal. Terus, kayaknya Mr. Kumar kasian sama aku yang menghadapi mereka sendirian, makanya dia tambah satu manajer lagi yaitu kamu."

"Hahaha, eh Ikram sekarang di bawah Mr. Kumar dong?"

"Yup, Mr. Kumar itu lebih nyaman kerja sama laki-laki. Bagus lah, beban aku berkurang sedikit sekarang."

Fuad menggelengkan kepalanya nggak setuju, "menurut aku bukan masalah cowok atau cewek, Ikram termasuk yang nurut. Lebih ke satu arah aja kalau ngobrol ama dia dan rata-rata bos suka bawahan yang kayak Ikram. Kebalikannya Ikram, kamu banyak memberikan ide, yang mana Mr. Kumar sukanya kita memakai idenya beliau."

"Tissa juga bilang hal yang sama. Kalau aku sih bodo amat deh Mr. Kumar mikir apa tentang aku, yang penting gajian aja setiap bulan."

"Hahaha, Rara, Rara. Ya udah lanjut deh kerjanya. Setelah ngantor, kamu ke mana?" Tanyanya

"Ketemu temen-temen kuliah, mau makan pizza." Jawabku yang sudah menghadap layar laptop.

"Okay, have fun, Ra. Jangan lupa besok kita ke Chow Kit."

Aku mendongak, "siap boss."

***

Aku dan teman-teman kuliah sedang makan malam di restoran favorit kami, Portofino. Sudah ada gnocchi, pizza dan ravioli di atas meja siap untuk kami santap.

"Ra, cowok sama cewek tuh nggak akan bisa temenan. Pasti ada salah satu yang diam-diam menyimpan rasa." Ucap Bella

"Setuju sama Bella, makanya suami gue melarang temenan sama laki-laki setelah menikah." Tambah Nurin sambil menyuap pizza ke mulutnya.

"Salah deh gue dateng malam ini. Penuh penghakiman ya elo semua ke gue daritadi." Balasku bercanda

Nurin menyanggah ucapanku, "nggak gitu, cintaku. Cuma, elo itu nggak peka. Sekarang lo liat, si Fuad malah ngajak pergi ketemu keluarganya kan? Setelah sebulan kalian jalan bareng. Artinya dia udah baper."

"Eh, jangan sembarangan. Gue bakal dateng ke acara baby shower adiknya. Bukan mau ketemu orang tuanya." aku berusaha membantah.

Nurin dan Bella saling tatap dan menggelengkan kepala, "heh!" Bentak Bella sambil memukul lengan gue, "di acara baby shower itu bakal ada orang tua dia juga."

Aku terbahak, "iya, kalau itu gue juga tau. Waktu kemarin Fuad mengundang gue, dia juga sadar tiba-tiba muka gue nggak nyaman."

"Oh gitu? Terus?" Tanya Bella penasaran

Aku mengangguk, "kata dia, orang tuanya udah tau tentang gue karena dia yang cerita."

"What?" Nurin dan Bella secara bersamaan memekik.

Permintaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang