Halo again,
____________
"Udah bersih kok, Pak," cicit Leta. Dipa masih menyodorkan wajahnya. Minta ditampol juga lama-lama. Dengan tangan terangkat perlahan juga kegugupan yang datang, Leta kembali membersihkan wajah Dipa. "U-udah," gugup Leta.
"Gugup amat. Santai aja, Miss Leta."
Ya kali, Dip, kayak begini disuruh santai. Leta sadar wali muridnya CEO kaya raya anti melarat, tampan juga mempesona walau barbar. Pasti akan gugup. Leta perempuan normal yang tidak tau jatuh cinta seperti apa. Pacaran saja belum pernah, selama hidupnya hanya fokus pada uang untuk bertahan hidup dan bertahan dari kekasaran ayahnya.
"Anak-anak saya nakal, nggak?" Dipa kembali melajukan mobilnya.
"Nggak, Pak. Zano dan Zena baik."
"Oh, terus, suka sama HP dari saya?" Dipa melirik, akhirnya setelah ia bilang Leta boleh cicil HP dua ratus ribu sebulan sampai lunas nanti, Leta mau memakai benda yang dihargai diatas tujuh juta rupiah.
"Suka. Cicilan pertama sudah saya bayar, saya titip ke Zano, diamplop putih."
Dipa tak menggubris, padahal ia tak mau menerima cicilan, tapi tak masalah, nantinya ia akan jujur kalah HP itu hadiah untuk Miss Leta.
"Besok rapat apa? Emang sekolah mau ada acara apa?"
"Oh, itu. Mau ada acara lomba cerdas cermat antar sekolah dan lomba menari. Nanti Zena tampil menari daerah, Pak. Zena pintar menari saman dan ikut lomba fashion show."
Dipa ngerem mendadak sampai membuat Leta tersungkur hampir terbentue dashboars, Dipa juga diklakson mobil di belakang.
"Batalin lomba fashion show!" bentak Dipa.
"Kenapa!" Leta ikut meninggi nada bicaranya sambil memegang tali seat belt.
"Saya nggak mau anak perempuan saya lenggak lenggok di panggung!" Dipa tanjap gas lagi, kini lebih dalam hingga terasa nyawa Leta tertinggal di belakang.
"P-pak, pelan-pelan bisa, saya takut. Pak Dipa kalau marah jangan begini, kita bisa bahas baik-baik," lirih Leta yang sudah memejamkan mata.
"Batalin Zena ikut fashion show kalau nggak. Saya acak-acak acaranya nanti!" ancam Dipa. Leta tak menjawab, ia masih memejamkan mata erat saking takutnya.
Mobil berhenti di minimarket waktu itu. Leta masih memejamkan mata. Dipa juga diam, perlahan melirik ke arah Leta yang tampak ketakutan.
"Sudah sampai. Mau berapa lama kamu kayak begitu."
Leta perlahan membuka matanya. "O-oh, syukurlah saya masih bernyawa. Saya, turun kalau gitu." Leta melepaskan seat belt, tapi sulit. Dipa membantu melepaskan namun ia sadar napas Leta memburu cepat.
"Kamu kenapa?"
Leta melirik tajam, seketika memalingkan wajah ke arah kiri. Air matanya jatuh. Buru-buru ia membuka pintu lalu berlari cepat tanpa menutupnya lagi.
Dipa pun menutup pintu, ia lajukan mobilnya pergi dari sana. Setibanya di kosan, Leta duduk lemas di balik pintu kamar sambil terisak. Ia sungguh takut melihat Dipa tadi, karena kata mamanya Dipa tidak akan kasar dengan perempuan, tapi tadi semua tak sesuai.
Leta takut dengan nada suara tinggi dan dibentak seperti tadi. Ia selalu teringat perlakuan ayahnya yang seperti itu sejak ia kecil. Leta selalu diam dan menyimpan semua di dalam hati.
***
Dipa dipukul kepalanya oleh Juan dengan majalah politik dan ekonomi yang ada di ruang tengah rumah Dipa. Sementara Bryan dan Rino melempar Dipa dengan kulit kacang rebus. Mereka berkumpul di sana, sekedar melepas penat sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Father (✔)
RomanceMenjadi duda diusia muda siapa laki-laki yang mau. Tak hanya itu, ia bersama dua anaknya yang masih butuh figur orang tua lengkap tetapi tak bisa ia wujudkan. Pradipa Hirawan harus memerankan dua sosok demi anak-anaknya. Sayang, kelakuan absurd yan...