Hola...
_______"Ayah Leta nggak mau!" jerit Leta seraya mencoba melepaskan cengkraman tangan ayahnya. Belanjaan dari mini market yang ia bawa untuk kebutuhan di rumah ayahnya berantakan di ruang tamu yang juga ruang TV.
"Cuma sebentar! Ayah udah janji bawa kamu ke sana!" bentak ayahnya.
"Leta nggak mau Ayah, nggak mau ...." Air mata Leta jatuh membasahi kedua pipi tapi ayahnya tetap memaksa Leta berdiri untuk masuk ke dalam kamar dan ganti baju. "Leta capek, Yah, udah ...."
"Capek? Ayah yang capek hadapi kamu nggak mau nurut! Cuma duduk aja, Leta! Bangun nggak! Kalau nggak!" Ayah meraih sapu ijuk, ia angkat tinggi-tinggi. Leta memejamkan mata dengan kepala menunduk. Pukulan lagi? Hal itu biasa Leta terima saat tak menuruti kemauan ayahnya.
Benar saja, satu kali pukulan di bahu kiri Leta terima. Ia membekap mulutnya menahan teriakan.
"Lagi, hah!" Suara keras ayah bisa saja terdengar hingga rumah tetangga. Leta mendapatkan satu pukulan lagi dan cukup keras hingga akhirnya ia mengaduh keras.
"Bangun!" Ayah menarik paksa tubuh Leta supaya berdiri. Leta sesenggukkan, wajahnya sembab sambil menatap kedua mata melotot ayahnya.
"Cuma duduk disampingnya kita akan dapat uang, Leta! Kamu tau sekarang semua mahal! Paham kondisi Ayah, kan!" geram betul ayahnya. Wajah Leta bahkan dicengkram erat. Rahangnya terasa sakit.
"Seharusnya dari dulu kamu Ayah lepas. Ayah yakin hidup kamu nyaman dan enak. Ayah juga nggak perlu lama-lama di rumah reot ini! Jadi anak nggak sadar kondisi orang tua. Apa susahnya bikin Ayah bahagia!"
Leta diam, masih mengalir air matanya. Ayah membuka pintu kamar yang pernah Leta tiduri, mendorong putrinya hingga tersungkur jatuh di samping lemari.
"Ganti baju itu! Dandan yang cantik! Kalau lima belas menit masih belum juga, kamu akan tau akibatnya." Ayah menutup pintu kamar. Leta menangis meraung-raung sendirian. Ia merasa hidupnya direndahkan ayahnya sendiri. Sudah kesekian kalinya ayah berniat menjual dirinya ke orang kaya yang mencari simpanan. Ia akan menikah resmi tapi hidup di dalam sangkar emas.
Itu menjadikan Leta berjuang keras kuliah sambil bekerja demi alasan menolak melakukan itu walau pukulan dan makian selalu ia dapatkan.
Leta beranjak pelan, ia bersihkan air matanya lalu berganti pakaian. Dres model sabrina warna putih sepanjang lutut, ia kenakan dengan cepat kemudian memoles wajahnya dengan mekap sambil duduk di meja rias.
Ia tersenyum, menguatkan dirinya dan memastikan ini terakhir kali ia lakukan demi ayahnya. Ia akan kabur lebih jauh dan tidak akan pernah kembali ke rumah itu walau hanya rumah itu peninggalan ibunya yang nasibnya masih hidup atau tidak di Hongkong sana.
Ayah terdengar menelpon seseorang sambil tertawa lepas, Leta sudah siap bahkan memakai sepatu hak lima senti warna merah marun. Ia sangat cantik juga anggun. Ayah mengunci pintu setelah Leta memakai jaket untuk menutupi kedua bahunya. Luka memar bekas pukulan sapu ia tutupi dengan mekap yang ia akali supaya tak terlihat orang lain.
Leta berjalan menunduk, beberapa warga menatap dengan miris, tak berani menegur ayah karena akan menimbulkan keribukan juga itu bukan urusan warga.
"Ya ampun, Leta, yang sabar, ya," lirih bu RT, ia ikut sedih tapi tak bisa berbuat banyak.
Di ujung gang tepi jalan raya, mobil sedan mewah sudah terparkir. Leta dan ayah masuk lalu duduk dengan tenang. Ayah menyapa sopir juga seorang pria yang duduk di kursi penumpang bagian kiri depan.
Tujuannya hotel bintang lima di pusat Jakarta, kenalan ayahnya Leta baru tiba dari luar negeri dan hanya sebentar di Jakarta karena ada urusan bertemu klien. Seperti biasa, pria itu memang tak mau jika membahas sesuatu dengan klien tanpa didampingi seorang wanita cantik yang ia bayar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Single Father (✔)
RomanceMenjadi duda diusia muda siapa laki-laki yang mau. Tak hanya itu, ia bersama dua anaknya yang masih butuh figur orang tua lengkap tetapi tak bisa ia wujudkan. Pradipa Hirawan harus memerankan dua sosok demi anak-anaknya. Sayang, kelakuan absurd yan...