Markijut!
"Bu Leta," sapa sopir keluarga yang diutus Dipa.
"Iya, Pak. Selamat siang. Maaf repotin Bapak jemput saya dan di halte sini." Leta memang meminta Dipa supaya sopir tidak menjemputnya di sekolah, masih terlalu bahaya.
"Sama sekali nggak, Bu. Kita mau langsung pulang atau Ibu mau mampir ke mana dulu?"
"Ke supermarket buah, Pak. Ada titipan dari Mas Dipa yang mau saya beli."
"Baik." Sopir segera melajukan mobil, Leta duduk di belakang, ia merasa tak enak hati sebenarnya. Belum jadi istri Dipa sudah seperti nyonya besar. Duduk di mobil sedan mewah Dipa, menggunakan sopir juga. Namun mau apa lagi, Dipa tetaplah Dipa, jika Leta menolak bisa jadi tindakan barbar dan tidak terbaca Leta akan terjadi. Bisa saja Dipa muncul di halaman sekolah atau pintu keluar sekolah yang menimbulkan resiko besar untuk gadis itu.
Sesampainya di supermarket, Leta berjalan sambil mendorong keranjang belanjaan, tadi Dipa menitip Leta membelikan beberapa buah karena stok di rumah habis. Anak-anak biasa makan buah untuk camilan sore sebelum jam makan malam tiba.
"Jeruk madu yang mana ya?" gumam Leta. Ia membaca tiap tulisan nama jenis jeruk. Saat ia melihat dan membaca harga perseratus gramnya sontak kedua matanya membulat. "Satu kilonya bisa seratus ribu lebih? Ya ampun, jeruknya semanis apa?" lanjut ia bergumam sendiri. Dipa meminta Leta membeli dua kilo. Lalu lanjut starwbery import, kiwi yang super manis, blueberry, plum merah, anggur muscat yang satu packnya enam puluh ribu lebih, semangka tanpa biji, alpukat mentega dan terakhir nangka. Katanya Dipa mau buat es teler. Ada aja memang duda itu, saking iseng dan suka memasak sesuatu, sampai soal minuman dingin juga bisa ia buat.
Sedangkan Leta hanya meringis sendiri karena ia tak pernah membuat itu. Hingga belanja sudah dihitung di kasir, total harganya hanya membuat Leta komentar di dalam hati, gimana kalau aku beneran nikah sama Mas Dipa, buat beli buah aja hampir satu juta sendiri.
Tenang aja, Leta, duitnya Dipa beranak pinak. Jangan khawatir, saatnya kamu menikmati hidup dengan makanan enak berkualitas dari seorang Dipa barbar, betul tidak?
***
"Mas," panggil Leta saat ia masuk ke dalam rumah. Belanjaan dibawa sopir ke meja dapur, ia lantas pamit karena mau jemput oma opa juga anak-anak di mal. Tadi, setelah ambil rapot, oma opa ajak anak-anak antar Sarah dan suaminya ke bandara lantas ke mal untuk makan siang dan jalan-jalan.
"Hei, udah datang kamu," jawab Dipa yang terlihat cemong wajahnya juga tangannya belepotan oli.
"Kamu lagi ngapain?" Leta meletakkan tas kerjanya di sofa ruang TV.
"Ngoprek motor sebentar. Bengkel Juan tutup. Dia lagi baby moon tiga hari di Bali. Titipan aku udah kamu beli?" Dipa mendekat. Ia memakai kaos lengan buntung, celana jeans pendek belel, memegang kunci inggris dan lap kotor bekas oli.
"Udah." Leta mundur. "Mas, kotor, jangan deket-deket." Leta semakin menjauhkan diri dari Dipa yang senyam senyum jail sambil terus mendekat ke arah kekasih hatinya.
"Beneran nggak mau dideketin, masa sih?" lanjut jailnya.
"Mas Dipa, sana, nggak! Aku mau rapihin buah-buahan tadi. Habis banyak, Mas. Kamu titip buah mahal-mahal banget." Leta bicara sambil terus berjalan menghindar dari Dipa.
"Aku ganti nanti, tenang aja, sayang. Habis berapa semua?" Dipa tak mendekat lagi, ia juga sadar tak mau membuat Leta kesal jika ia main sergap aja.
"Nggak usah. Masih ada uang aku, kok." Leta cuci tangan, setelahnya mulai membuka plastik buah-buahan. "Tempat buahnya yang mana, Mas?" Leta masih tak tau apa saja barang-barang di rumah itu, diletakkan di mana dan apa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Father (✔)
Roman d'amourMenjadi duda diusia muda siapa laki-laki yang mau. Tak hanya itu, ia bersama dua anaknya yang masih butuh figur orang tua lengkap tetapi tak bisa ia wujudkan. Pradipa Hirawan harus memerankan dua sosok demi anak-anaknya. Sayang, kelakuan absurd yan...