Bisikan Ibu-ibu

4.2K 447 18
                                    

Hai lagi ....
____________

Rino masih tak percaya jika Bryan memacari istri orang. Walau sudah dijelaskan Bryan apa alasannya tetap saja Rino tak habis pikir.

Rino pulang ke rumah dengan wajah lesu, Fitri, istrinya merasa heran. Tak biasanya Rino seperti itu.

"Kenapa Pah, gajian kan tadi kok murung amat." Fitri meletakkan cangkir berisi teh jahe untuk suaminya. Rino menatap nanar.

"Bryan."

"Kenapa dia?" Fitri duduk di kursi teras tepat disisi suaminya.

"Pacarnya bini orang."

Fitri hanya manggut-manggut.

"Kok kamu nggak kaget?!" Rino meletakkan cangkir setelah ia teguk sedikit teh jahe lantas fokus ke Fitri.

"Pasti alasan Bryan kuat macarin dia, Pah. Kamu udah tanya alasannya?"

"Udah. Masih aku nggak paham."

Fitri yang berambut pendek bondol itu duduk bersedekap. "Rino bilang apa emangnya?"

Rino akhirnya menceritakan dari awal hingga akhir. Fitri mengerti alasan Bryan, tapi Rino masih gusar.

"Bagus dong, berarti Bryan gentle, mau bertanggung jawab buat anak cewek itu nantinya. Soal siapa suami tuh cewek aku yakin Dipa bisa selesaikan."

"Masalahnya, Bryan bisa aja ada diposisi terancam, Mah."

"Wajar, tapi ada Dipa. Kamu pasti jauh lebih tau Dipa kayak gimana. Udah, nggak usah dipikirin. Kali aja ini jalan Bryan buat nikah nantinya walau dapet janda. Habisin tehnya, terus mandi, aku siapin makan malam. Anak-anak udah tidur, jangan kamu gangguin segala cium-cium." Fitri beranjak, Rino cengar cengir. Fitri paham, ia segera berlari ke dalam rumah tapi Rino berhasil kejar lalu memeluk gemas istrinya sambil ia ciumi yang berakhir Fitri tergelak di atas karpet ruang TV.

Esok pagi, Dipa menyiapkan sarapan juga bekal makan siang kedua anaknya di jam lima pagi. Menu sarapan cukup roti bakar dan susu hangat. Menu makan siang ia memasak nasi kebuli dengan ayam goreng. Masih sempat ia lakukan, semua bisa diatur Dipa dengan baik.

Ia meletakkan tiga kotak bekal, warna pink motif hello kitty untuk Zena, tanpa motif alias polos warna coklat tua transparan untuk Zano dan satu lagi, kotak makan bening untuk Leta.

Masih mengenakan cemelek andalan dan juga kaos lengan buntung, Dipa cekatan memasukkan ayam goreng lebih dulu ke dalam kotak karena nasi kebuli mau ia hilangkan uap masakannya lebih dulu.

Tak lupa, ia siapkan wadah kecil lain untuk meletakkan buah yang hari itu kiwi dan anggur muscat.

Dipa tersenyum lalu terkekeh menertawakan dirinya, bisa-bisanya nambah satu personil untuk ia siapkan bekal makan siang.

Jam sudah diangka setengah enam, kedua anaknya sudah bangun, langsung menuju ke meja makan.

"Pa, hari ini latihan nari lagi, pulang jam empat sore. Mas Zano nggak bisa les lagi sama Miss Leta," pungkas Zena seraya meneguk susu hangat rasa coklat.

"Iya nggak apa-apa, masih ada hari esok," jawab Dipa seraya memasukkan kotak bekal yang sudah lengkap isinya ke tas bekal masing-masing.

"Mas Zano pulang duluan, ya, Pa. Capek nunggu Zena," keluh Zano.

"Oke. Nanti Papa jemput."

"Papa nggak repot, kan kerja?" Zano habis meneguk susu hangat miliknya.

"Nggak, lah, santai aja, Mas." Dipa melepaskan celemek, ia lipat dan taruh di atas oven yang ada di meja dapur setelahnya duduk menikmati sarapan bersama kedua anaknya.

Single Father (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang