Cekidot para penggemar Papa Dipa!
_________
Mobil terparkir di depan rumah, sengaja Dipa tak masukkan ke garasi karena ia akan kedatangan motor baru yang dipesan sudah cukup lama. Royal Enfield idaman, katanya akan datang sore hari.
"Masuk, Miss, ayo!" ajak Zena semangat bahkan sampai menggandeng paksa tangan Leta yang meringis tak enak hati. Dipa berjalan di belakang kedua perempuan beda usia itu sedangkan Zano sudah membuka kunci pintu ruang tamu.
Segera Zano menyalakan AC, udara panas dan pengap perlahan berganti sejuk. Jauh berbeda dengan kamar kosan bahkan kamar di rumah Leta yang hanya memakai kipas angin dinding. Itu juga yang di kosan bekas penghuni lama yang dinamonya sudah mulai lemah, jadi mutar anginnya kecil.
"Mau minum apa, Miss?" tawar Dipa masih berdiri di ruang tamu.
"Apa aja, Pak. Maaf merepotkan."
Dipa tak menjawab, ia melengos saja berjalan ke arah dapur. Leta menunduk, malu sendiri rasanya. Zena dan Zano ke kamar, berganti baju serta merapikan buku-buku dari dalam tas disusun rapi di meja belajar. Sudah wajib disiplin seperti itu, jika tidak dilakukan, Dipa akan ngamuk-ngamuk dan membawa buku ke tempat sampah.
Dipa datang kembali dengan membawa nampan dengan gelas berisi air jeruk ditambah es batu, juga toples kue kering yang mamanya beli dari toko kue ternama, jelas tak kaleng-kaleng.
"Makasih, Pak," tukas Leta sambil berdiri menghormati Dipa yang meletakkan gelas serta toples.
"Kaku banget kayak lap kering," celetuknya lantas berjalan kembali ke arah ruang tengah yang tersambung ke dapur. Lagi-lagi Leta hanya bisa menahan senyumnya dengan kedua sudut bibir berkedut pelan. Dipa emang seenaknya sendiri kalau komentar bahkan berperilaku.
Menit berganti, Leta sudah meneguk setengah gelas juga memakan kue kering sedikit. Ia sendirian, Dipa di kamarnya dan anak-anak masih di lantai atas. Ia harus apa? Kenapa jadi diabaikan, ia kan tamu?
Leta membuka tas, meraih ponsel yang mati karena jatuh hingga layarnya retak. Saat ia coba aktifkan, layarnya garis-garis, LCDnya juga kena. Selesai sudah nasibnya, bagaimana cara ia komunikasi dengan wali murid, belum lagi chat grup guru-guru yang banyak bahasan.
"Ck," decak Leta lalu kembali memasukkan ponsel. Suara mobil terdengar mendekat, tak lama kedua orang tua Dipa turun. Papa tidak mengemudi sendiri, sudah ada sopir yang kembali kerja setelah lama dirumahkan karena papa di Balikpapan. Leta berdiri gugup menyambut mama dan papa Dipa. Seketika saat mama bertemu tatap, ia memekik menyapa heboh sambil merentangkan kedua tangan.
"Kirain nggak datang, Letaaa...!" Suara pekikkan mama terdengar hingga kamar Dipa, lelaki itu menguatkan telinga supaya kuat menahan ocehan mamanya beberapa waktu ke depan.
"Terima kasih undangannya, Bu, saya jadi merepotkan Pak Dipa dan anak-anak." Leta menyalim punggung tangan kedua orang tua Dipa.
"Dipa emang harus direpotin. Suruh cuci sama nyetrika baju kamu juga nggak masalah. Eh, udah makan belum?" Mama menggandeng tangan Leta, diajaknya ke bagian dalam rumah. Papa mempersilakan dengan mengulurkan tangan supaya Leta mengikuti mama. Lelaki itu duduk di sofa ruang TV dengan santai sambil menyalakan TV. Sedangkan mama mengajak Leta ke dapur.
"Saya bawa makanan, tadi mampir ke restoran punya temen. Leta suka ikan gurame, kan? Ini ada gurame asam manis, iga bakar bumbu kacang kecap, sop buntut sapi, sama tumis kecipir. Saya rapikan, Leta duduk aja di sini." Mama menyeret kursi meja makan supaya Leta duduk.
"Bu, biar saya bantu."
"Eh jangan, kamu kan tamu. Sebentar." Mama berjalan meninggalkan Leta yang masih berdiri dengan tatapan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Father (✔)
RomanceMenjadi duda diusia muda siapa laki-laki yang mau. Tak hanya itu, ia bersama dua anaknya yang masih butuh figur orang tua lengkap tetapi tak bisa ia wujudkan. Pradipa Hirawan harus memerankan dua sosok demi anak-anaknya. Sayang, kelakuan absurd yan...