Yuk kita menikmati konflik yuk!
Doakan saya sembuh, lagi flu berat udah mau seminggu nggak sembuh-sembuh. Pening banget kepala tapi tetep kudu mikirian kalian, hiks ... srotttt!
____
Dengan mencoba terlihat ramah, Celin tersenyum seraya mengulurkan tangannya ke arah Dipa yang tak acuh. Ia tatap lekat mantan istrinya yang begitu molek tubuhnya dengan memakai atasan kemeja lengan ¾ ketat dipadu celana jeans ketat juga, tak lupa sepatu high heels yang menunjang tinggi badannya.
Celin menarik kembali tangannya. Ia tersenyum, "Apa kabar, Dipa."
Dipa diam. Tak mau menjawab, ia melirik ke Leta dan dua anaknya yang tampak mencari keberadaannya. "Saya tidak tau niat kamu apa, tapi, kalau mendadak muncul di depan anak-anak. Saya jamin hidup kamu tidak akan nyaman, Celin." Dipa memutar tubuh tegapnya, pergi berjalan meninggalkan wanita yang meremukan hatinya hingga hancur lebur.
"Siapa perempuan itu!" seru Celin. Dipa menghentikan langkah kakinya. Ia menoleh ke belakang, ke arah Celin berdiri.
"Pengganti kamu." Begitu tegas Dipa menjawab, lantas ia kembali berjalan menemui Leta dan kedua anaknya. Celin melihat hal itu, bagaimana Leta tersenyum penuh sayang ke Dipa yang menyambut dengan usapan lembut di kepala juga cubitan pelan di pipi. Celin tertawa masam, ia lantas pergi meninggalkan tempat itu yang sudah sejak satu jam lalu memantau kedua anaknya saat bersama Leta.
Leta mampir ke rumah Dipa karena diajak Zena dan Zano makan malam bersama. Mau apa lagi, menolak tak mungkin. Saat kedua anak itu mandi di lantai atas, Leta menyiapkan makanan yang tadi dibeli Dipa di mal. Ia bisa memakai microwave setelah sempat diajarkan Dipa beberapa menit lalu sebelum pria itu pamit menelpon seseorang di kamarnya.
"Terima kasih untuk hari ini," bisik Dipa seraya memeluk Leta dari belakang. Ia eratkan kedua tangan kekarnya pada pinggang hingga perut ramping Leta.
"I-iya, tapi, Mas Dipa. Lepas. Ngapain kamu kayak gini," cicit Leta takut anak-anak melihat.
"Biarin. Sebentar doang, pelit kamu," gumam Dipa manja.
"Bukan gitu, Mas. Nggak pantes, nggak kasih contoh yang baik ke mereka." Leta memang malu sendiri, apalagi selalu ada dorongan dari perutnya seperti menekan rongga dada jika Dipa melakukan skin ship kepadanya.
"I love you," bisik Dipa lagi di telinga kanan Leta. Sedangkan Leta hanya tersenyum dengan mata terpejam. "Jawab Miss Leta," gumam Dipa kesal.
"Iya. Saya juga. Eh tapi nggak tau juga, Mas ... masih bingung," kekeh Leta. Dipa mendengkus, ia lepaskan pelukan lantas pindah ke kursi meja makan. Ia cemberut, duduk menunggu Leta menghidangkan makanan lain.
"Kenapa gitu? Harap maklum, saya masih belum paham cinta itu seperti apa atau harus diungkapkan kayak gimana. Saya masih amatir, Mas." Leta meletakkan wadah besar berisi sop konro, menu makanan khas Makassar kali ini menjadi pilihan Dipa dan anak-anak.
Dipa tak bisa menyahut, memang benar, ia pernah diposisi amatir dalam cinta hingga membuatnya lupa diri dan menyesal. Dipa tak mau membuat Leta buru-buru membalas pernyataan cintanya, pada akhirnya, karena Dipa sadar jika ia seperti itu karena mendadak takut dengan hatinya apalagi saat tau Celin kembali.
Ah, wanita itu, seorang yang tidak pantas dipanggil ibu oleh kedua anaknya. Demi karir tega meninggalkan Zano dan Zena yang masih sangat kecil.
Makan malam begitu hangat, bahkan Leta berjanji hari minggu besok akan main ke rumah lagi. Ia pamit pulang, Dipa mengantar dengan sepeda motor supaya lebih mesra berduaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Father (✔)
RomansaMenjadi duda diusia muda siapa laki-laki yang mau. Tak hanya itu, ia bersama dua anaknya yang masih butuh figur orang tua lengkap tetapi tak bisa ia wujudkan. Pradipa Hirawan harus memerankan dua sosok demi anak-anaknya. Sayang, kelakuan absurd yan...