Tawa canda diantara nelangsa

4.3K 443 12
                                    


Markijut!

_______


Leta menghela napas panjang di dalam anjungan tunai mandiri menatap ke sisa tabungan di rekeningnya. Baru saja ia kirim uang untuk ayahnya lagi setelah diancam akan menemuinya di sekolah. Kembali sisa uang hanya cukup untuk bayar kosan, mau tak mau Leta cari pekerjaan lain tanpa sepengetahuan Dipa.

Bagi Leta, tidak semua urusan pribadinya diberitahu ke Dipa. Apalagi sekarang Celin hadir diantara mereka yang menurut Leta, rasanya ia harus memberikan jeda dan jarak demi Zena juga Zano.

Pintu anjungan tunai mandiri ia dorong, terlihat sepi karena sudah jam sembilan malam. Ia berjalan kaki menuju kosannya sambil membalas chat dari Dipa.

[Kamu nggak kangen saya? Dua hari kita nggak ketemu]

Leta tersenyum tipis, tak lupa membalas pesan singkat untuk Dipa.

[Kangen. Celin masih nginap di sana?]

Tak ada balasan dari Dipa tapi malah justru ia menelpon Leta. "halo, Mas." Suara lembut itu seketika membuat Dipa yang sedang duduk di atas ranjang tersenyum lebar.

"Lagi di mana?"

"Kosan."

"Udah makan?"

"Udah, baru aja. Mas udah pulang kerja? Apa nggak jadi lembur?" Leta masih berjalan kaki, setibanya di depan pagar ia buka sangat pelan pagar kecil supaya tak terdengar Dipa karena tadi ia bilang lagi di kosan.

"Setengah jam lalu sampai rumah. Ini baru mandi. Makan apa tadi?"

Leta terkekeh, "apa penting banget kamu tanya itu ke saya yang udah bisa milih mau makan apa?"

Dipa mendengkus, ia lemparkan handuk kecil bekas mengeringkan rambutnya ke arah keranjang baju kotor. "Basa basi dikit biar telponannya panjang. Sombong banget kamu, dua hari nggak ketemu saya, main ke rumah juga nggak."

Leta duduk di kursi plastik depan kamar kosan, ia tersenyum seraya menunduk.

"Anak-anak gimana tau Mamanya ada di sana? Seneng?"

Seketika Dipa diam. Ia merebahkan diri, menatap langit kamar dengan nanar.

"Zano cuek. Dia selalu menghindar, tapi Zena ... anak itu berusaha terima Celin walau gerak geriknya kaku. Saya paham banget, semua kayak sandiwara dan terpaksa anak-anak terima Mamanya datang."

"Oh, wajar, Mas. Celin sendiri gimana? Nyaman?"

"Kelihatannya. Di sekolah, Zena gimana? Manja sama kamu, ya?" Dipa memejamkan mata, ia membayangkan saat Zena bermanja dengan Leta di sekolah.

"Iya, malah Zena nggak mau lepas peluk saya tadi siang waktu jam pulang sekolah. Saya nggak enak sama Celin yang jemput, kayaknya dia nggak suka Zena bersikap begitu ke saya."

Dipa segera duduk, ia kembali tersenyum lebar. "Anak-anak lebih mau kamu dari pada Mamanya sendiri."

"Jangan gitu, tetap kamu nggak boleh arahin anak-anak supaya benci Celin. Udah malam, Mas Dipa istirahat, ya, saya juga ngantuk."

"Yah, Leta, saya ke sana, ya, sebentar aja," rengek Dipa.

"Jangan!" pekik Leta, lalu ia panik seraya memejamkan matanya rapat.

"Ada apa?" Nada bicara Dipa berubah dalam.

"Nggak ada apa-apa, cuma nggak enak saya sama Ibu kost, kamu bertamu malam-malam gini. Nanti aja ketemuannya."

Single Father (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang