Markijut!
________
Hari yang dinanti tiba, Dipa sudah sabar melihat Leta yang sudah sah menjadi istrinya. Leta sedang berganti pakaian resepsi di kamar atas. Rumah dihiasi bunga-bunga indah. Harum bunga sedap malam dan melati mendominasi, mama mau begitu.
"Cantik banget kamu, ya ampun!" Mama memeluk Leta yang sudah bersiap. Sarah bahkan menangis saking senangnya Leta resmi menjadi bagian keluarga mereka.
"Letaaa," lirih Sarah lantas memeluknya. "Ya ampun aku sampe nangis gini. Happy banget!"
"Makasih, Ma, Kak, udah terima Leta apa adanya." Leta menggenggam jemari tangan mama dan Sarah erat.
"Kami yang seharusnya terima kasih. Dipa mendapatkan jodoh yang semestinya. Menantu juga ipar idaman, ya, Sar." Mama menoleh ke Sarah yang mengangguk.
"Ibu, ini bunganya." Zena yang memakai dres warna senada dengan Leta menerima buket bunga mawar putih. Bagi Leta, mawar putih simbol suci, seperti cintanya kepada Dipa, anak-anak juga keluarga besar Dipa yang dengan tangan terbuka menerimanya hadir.
"Ibu, Zena nggak boleh ikut Ibu sama Papa jalan-jalan? Boleh ya, Bu," rengeknya.
Zena dicolek Sarah. "Zena kalau mau punya adek, jangan gangguin Papa sama Ibu jalan-jalan berdua. Udah, di sini aja nanti sama Oma Opa. Kan izin nggak sekolah satu minggu. Nanti jalan-jalan sama Oma Opa, ya."
"Zena mau dikasih adek! Oke, siap! Papa sama Ibu jangan lupa bawa adek nanti, ya!" Zena lompat kegirangan. Leta nyengir doang, ia bingung merespon apa. Pintu kamar terbuka, Dipa dan Zano masuk. Leta berdiri seraya tersenyum.
"Wow ...," tukas Dipa. Ia segera mendekat lalu mencium kening Leta.
"Aduh duh duh! Sabar anak bandel!" pukul mama ke bahu Dipa.
"Sakit, Ma!" keluh Dipa.
"Biairin. Nanti juga bisa. Mama mau puas-puasin lihat menantu Mama yang cantik banget. Jangan rusak sama urusan mesum kamu!" pelotot mama lagi.
"Cium kening doang dibilang mesum. Mama tuh yang sirik," gumam Dipa sambil berdiri di belakang tubuh Leta. Mama mengepalkan tangan ke arah Dipa.
"Udah, ih! Kita keluar, Ma. Biar Dipa sama anak-anak di sini. Tamu udah mulai datang." Sarah merangkul bahu mama. Leta mengusap wajah Zano yang tampak tampan memakai setelan jas warna peach.
"Ibu," panggil Zano lantas memeluk pinggang Leta erat. Ia tak kalah bahagia kini punya ibu sesungguhnya. Leta mencium puncak kepala Zano. Disusul Zena yang juga memeluk pinggang sebelah kiri Leta, juga Dipa yang memeluknya dari belakang.
"Pelan-pelan, ya ampun, Ibu bisa jatuh nanti," tukasnya lantas tergelak melihat kelakuan suami dan dua anaknya.
Pembawa acara meminta tamu yang sudah datang berdiri menyambut hadirnya pengantin baru. Leta menuruni anak tangga sambil menggamit lengan Dipa.
Semua tamu bertepuk tangan. Di belakang Leta, Zano dan Zena yang ikut melambaikan tangan dengan wajah bahagia. Semua saudara kagum dengan ketampanan juga kecantikan Leta yang tak bisa ditutupi. Musik dimainkan, membuat semua orang begitu semangat memberikan ucapan selamat juga doa saat Dipa dan Leta duduk di pelaminan sederhana berlatar bunga-bunga.
"Sayang," bisik Dipa.
"Hm?" Leta menoleh.
"Udah bawa baju perang, belum?" lanjut Dipa serius.
"Bawa. Kak Sarah udah beli. Buat cemongin muka juga udah," canda Leta. Dipa manyun-manyun.
"Bukan baju perang itu, perang buat kita—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Father (✔)
RomanceMenjadi duda diusia muda siapa laki-laki yang mau. Tak hanya itu, ia bersama dua anaknya yang masih butuh figur orang tua lengkap tetapi tak bisa ia wujudkan. Pradipa Hirawan harus memerankan dua sosok demi anak-anaknya. Sayang, kelakuan absurd yan...