14.

8.8K 857 5
                                    

..





Zuya dan Shannon tengah berbincang. Sembari berjalan menuju gerbang tempat kendaraan menjemput.

Jane dan Difa berjalan di belakangnya. Bertengkar dan berdebat entah masalah apa.

Zuya tak terlalu memikirannya.

"Kamu bawa plaster luka buat siapa?"

Pertanyaan Shannon membuat Zuya melirik genggamannya. Di sana terdapat plaster luka dengan gambar olaf di dalamnya.

"Buat George."

Shannon melirik Jane dan Difa yang masih fokus berdebat. Dia heran, mengapa Zuya begitu terlihat perduli pada George.

Untuk apa, Anak itu peduli pada berandalan macam George?

"Emangnya George kenapa?"

Zuya di penglihatannya terlihat lesu dan sedih. Shannon jadi serba salah sekarang.

"Eh, ngga usah di jawab."

Shannon menunjuk mobil hitam tak jauh dari mereka.

"Mobilku udah sampe. Aku duluan ya Zuya."

Shannon pergi dengan melambaikan tangan pada Zuya, Difa dan Jane sekalian.

"Cuya udah di jemput belum?"

Zuya menghadap mereka. Dia menggeleng dan menyuruh keduanya segera pulang, karna jemputan mereka sudah tiba.

Pada awalnya, Jane dan Difa merasa keberatan, namun dengan pengyakinan dari Zuya. Mereka tidak bisa tidak menurut atas permintaan tersebut.

Dan sekarang Zuya sendirian. Berdiri menunggu jemputan. Sembari mencari George dengan matanya.

Berdoa, semoya saja Dia sempat menemui George untuk memberikan plaster, meski sudah tertempel kasa, Zuya tetap ingin memberikan ini. Sebagai ganti jika George jikalau Dia tidak ada.

Ketika matanya tanpa sengaja melihat George bersama Rere. Zuya berlari mendekat ke arah mereka.

Berdiri di depan George, dengan kedua tangan yang terangkat.

"No no no! Rere jangan jahatin George lagi!"

Rere yang sejak awal tengah membahas masalah Papa George, tiba-tiba terkejut dengan aksi Zuya.

Dia menatap George yang tengah berdiri di belakang Zuya, dengan mata yang terkejut, namun sudut bibir yang perlahan naik.

Kelopak mata Rere menyipit.

"Rere ... jangan mintain uang George lagi, itu jahat namanya."

Rere kebingungan di tempat. Meminta pertolongan lewat tatapan matanya, meski Zuya terus menuntut Rere di hadapannya.

"Ok. Fine."

Rere mencibir sekalian pergi dari sana. Temannya itu menyeramkan jika ingin mendapatkan perhatian.

Azura (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang