..
Azura secara tertatih berjalan. Mendekat pada sang Mama yang tengah mengupas apel di ruang tv.
"Eh ... adek?" Dia menyapa sembari tersenyum.
Azura membalas senyumannya. Duduk tenang di sampingnya. Yang membuat satu potong apel masuk ke dalam mulutnya, di suapi Rosa.
"Kenapa jalannya gitu?"
Atas pertanyaan itu. Azura diam terpaku. Wajahnya berusaha tak menimbulkan kecurigaan.
Dia hanya diam di tempatnya. Menghindari tatapan khawatir sang Mama.
"No ... its just- Zuya jatoh ... Hehe."
Azura merutuki dirinya sendiri. Jawaban absurd yang keluar dari mulutnya seolah menggambarkan betapa bodoh dirinya.
Wilona datang dengan donburi bersama katsu udang sebagai toppingnya. Duduk di samping Azura.
"Mau di suapin apa makan sendiri?" Tawarnya.
Azura mengerjap. Tersenyum malu tanpa menjawab hingga Wilona dan Rosa hanya menggelengkan kepalanya maklum.
"Fred sama George baliknya buru-buru tadi De." Ujar Rosa menaruh potongan buah tadi di atas meja.
Azura melirik Wilona yang tengah fokus pada siaran televisi di depan sana.
"Eh ... mm- anu, katanya mau belajar."
Jawaban sedikit ragu Azura di tanggapi anggukan oleh Rosa. Dia mengambil alih donburi yang berada di tangan Wilona.
Bergantian menyuapi Azura.
"Emang biasa engga?" Tanya Rosa kembali.
Dengan gembungan di pipinya. Azura menggaruk pipinya.
"Kan mau olimpiade." Kata Azura.
Rosa mengerjap terkesan. "Senangnya o
Punya mantu pinter~""Siapa yang pinter?"
Itu Max. Entah muncul dari arah mana. Sudah berdiri di belakang Azura duduk saat Anak itu mendongak berusaha melihat Kakak sulungnya.
"Si imut baru makan?" Tanya Max mencubit pelan pipi gemuk Zuya.
Pipinya di mainkan, Azura menepis tangan Kakaknya sedikit dengan paksa.
"Kakak engga kuliah?" Matanya melirik Wilona.
Wilona sendiri terdiam sedikit lama. Mengerjap pelan terlihat mengantuk. Dia meregangkan kepalanya.
"Ini malem Dek. Kamu ngga ngantuk apa?" Dia malah bertanya pada Azura.
Suara tapak sandal mendekat. Itu Andy dan Leon yang berjalan secara beriringan.
"Bawa apaan tuh!" Seru Max.
Andy berjalan sedikit lebih cepat. Mendekat ke arah Azura.
"Tau nih, Ma. Satpam kasih ... katanya udah ada di depan gerbang."
Rosa mendesah. Kebiasaan teman-temannya jika mengirim paket tidak bilang-bilang terlebih dulu.
Rosa memperdekat jaraknya. Mengintip apa yang ada di dalam paket.
Semuanya tak ada yang tertarik sampai suara jeritan mengejutkan mereka. Suara Rosa yang melengkik tinggi bahkan secara cepat menghilangkan rasa kantuk Wilona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azura (End)
RandomUntuk menyadari betapa bodoh dirinya. Ia merelakan kehidupan pertamanya dan Kembali hidup di kemudian hari. Tapi anehnya. Dia masih lemah juga. -Tidak di peruntukan bagi yang masih di bawah umur. -Bijak dalam mencari buku yang akan di baca sesuai...