..
Rosa dan Raon duduk di depan Milona yang tengah menunduk. Ada Yuli, dan Dama, Kakek Zuya.
"Ada apa lagi?" Tanya Yuli.
Dia juga duduk bersama Dama. Membiarkan Anak dan menantunya diam lebih lama.
"Zuya, jadi korbannya Milona lagi."
Yuli mengernyit. Sama seperti Raon dan Dama yang penasaran. Rosa duduk tegap.
Yuli menurunkan kelopak matanya. Pandangannya lelah dan sudah tak bisa lagi mengerti apa keinginan Milona.
"Milona, itu emang ngga bisa sembuh." Tekan Rosa.
Dia Ibunya. Tapi apa bukan haknya? Jika Anak perempuannya, menyakiti Adiknya sendiri.
Sakit mental yang di deritanya semenjak memasuki umur 15 itu, membuat Rosa selalu was-was, takut ada yang terluka.
Terbukti kekhawatirannya 3 tahun lalu, saat Zuya tengah sendirian di Rumah. Bersama Milona yang mengurung diri selama seharian penuh di kamar.
Semua Orang tentu tidak merasa ada yang aneh dengan itu, mereka itu, bersaudara. Hanya Rosa yang terua mengamati gerak-gerik Anak perempuannya untuk berjaga-jaga.
Pecah segala kekhawatirannya menjadi kenyataan. Zuya dan Milona bertengkar. Entah siapa yang memulainya.
Yang pasti, Milona yang mendapatkan banyak luka. Namun meski begitu, tidak ada yang menyalahkan Zuya.
Menjadi hal berat bagi Milona karna tak ada yang mau membelanya, bahkan Wilona, kembarannya sendiri.
Butuh waktu lama bagi Milona menerima kenyataan bahwa Ia akan di bawa ke Rumah sakit jiwa.
Dengan segala rontaan tak terima dan penolakan keras darinya, tetap saja tak membawa perubahan, semuanya begitu sulit baginya.
Milona menatap lantai dengan kosong. Ini bukan salahnya.
Ini salah Azura karna telah mengambil alih segala perhatian yang harusnya tercipta untuknya, bukan untuk Anak laki-laki itu.
Ini salah Azura karna telah lahir di dunia ini.
Dia selalu memasok janji pada sang Ibu, supaya tidak menghadirkan adik untuknya. Karna dia tak ingin berbagi kasih pada siapapun. Bahkan termasuk saudaranya sendiri.
Tapi, Rosa melanggarnya, jadi, jika Ia gila. Itu bukan salahnya? Benar?
Katakan saja Dia serakah, karna tak mau berbagi.
"Bawa dia ke Rsj lagi."
Suara itu membuat Milona tersadar. Dia menurunkan kakinya dan berlutut. Menggosok kedua telapak tangannya.
"Ngga mau, aku mau di sini aja."
Suaranya bergetar. Menambah kesan berantakan pada Milona yang memiliki wajah pucat.
Penampilan berantakan dan mata yang gelap.
"Mami, Aku ngga mau ada negosiasi atau apalah, aku udah capek Mi." Ujar Rosa pada Yuli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azura (End)
AcakUntuk menyadari betapa bodoh dirinya. Ia merelakan kehidupan pertamanya dan Kembali hidup di kemudian hari. Tapi anehnya. Dia masih lemah juga. -Tidak di peruntukan bagi yang masih di bawah umur. -Bijak dalam mencari buku yang akan di baca sesuai...