..
Azura terlihat ceria di samping George, banyak tertawa dan banyak bicara. Namun, meskipun begitu, tidak ada kelegaan di pikirannya George.
Di waktu yang terpisah, beberapa perilaku Azura akan membuat mereka ketakutan dan kebingungan.
"Mau makan?" Tawar George sembari mengecup dahi Zuya.
Yang di tawari menggeleng. Tertawa kecil dan mendongak menatap George. "Kan, tadi uda makan." Katanya.
Azura memeluk George di ruangan tersebut. Max dan Andy yang tadinya hendak masuk pun tak jadi karna takut mengganggu mereka berdua.
"Lho? Ngga jadi masuk?" Fred bertanya.
Andy menghela nafas. Dia duduk di susul Fred di sampingnya. "Lu kalo mau balik, deluan aja Fred." Ujar Max.
Remaja yang menyandang status sebagai kekasih sang Adik itu belum jua mau tidur di rumah bahkan saat sudah berbulan-bulan di sini.
Pakaian dan segala keperluan akan di atur oleh para pembantu dan pengawalnya yang mengunjunginya secara berkala.
Pintu bergeser mengalihkan perhatian mereka. Leon mengernyit.
"Kok lu tinggal?"
George mengangguk. "Katanya mau tidur. Lagian ini udah pagi, dari semalem Azura belum tidur kan." Jelasnya.
George ikut duduk bersama Andy dan Fred. Helaan nafas membuat semua orang tahu akan posisinya.
Sedangkan Zuya duduk di bangkar rumah sakit. Sendirian tanpa mau di temani.
Padahal tadi berkata ingin tidur. Tapi ya begitulah agendanya setiap kali ingin sendirian.
Pandangannya kosong. Dia tidak bisa tidur dan kesulitan makan sampai sekarang.
Dia kesulitan berfokus pada satu hal. Yang di ingatnya hanyalah ruangan gelap dan pemandangan langit terakhir di mana Ia terjatuh.
Sejujurnya..
Andai kata ada yang mengatakan bahwa Dia sudah muak dengan dunia, maka jawabannya adalah YA.
Kicauan burung di pagi hari pun tak tentu membuatnya tersadar dan segera bangkit dari keterdiaman dan segera tidur.
Jarum infus itu bahkan masih menancap cantik di vena darahnya. Azura ingin menyerah.
Dia mengatakannnya di malam hari. Berdoa supaya di ambil saja nyawanya.
Ada kalanya Dia merasa terganggu akan kehadiran siapapun dan tak mau bertemu dengan siapapun. Namun, Dia takut di tinggal George.
Dia tak mau George meninggalkannya.
Memang itu salahnya jika berfikir George akan meninggalkannya?
Lingkaran hitam di bawah matanya membuatnya terlihat makin menyedihkan. Bibir pucat dan kering itu bahkan kini mengusik keindahannya.
George hanya bisa mengamatinya dari luar, Dia tahu sang kekasih tak akan tidur.
Memang jatuhnya Azura dari ketinggian tak membuat kekasihnya itu dalam kondisi koma ataupun kritis yang berkepanjangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azura (End)
RandomUntuk menyadari betapa bodoh dirinya. Ia merelakan kehidupan pertamanya dan Kembali hidup di kemudian hari. Tapi anehnya. Dia masih lemah juga. -Tidak di peruntukan bagi yang masih di bawah umur. -Bijak dalam mencari buku yang akan di baca sesuai...