26.

4.3K 515 25
                                    

..

Cukup sensitif bagi Andy untuk melihat Kakak? Tidak. Adiknya, Zuya yang di kelilingi pria itu.

Itu menyebalkan kala setiap kali ia ingin mendekat, mereka selalu berada di sisi Zuya. Menghalangi segala cara yang telah Ia lakukan.

Hei! Andy ingin mereka tahu, bahwa, Dia adalah Kakaknya. Seharusnya mereka sopan dan menghormatinya.

Lagi pula. Kenapa juga sang Mama mau menerima budak-budak itu?! Andy sangat sebal.

Sementara itu, Milona datang dengan Wilona di depannya. Melihat Zuya yang di kelilingi banyak pria tentu menimbulkan cibiran dari mulutnya.

"Hmp! Callian pasti nyesel mutusin aku cuma buat deketin manusia murahan kaya dia." Kata Milona.

Nada yang terdengar tak nyaman baginya. Haruskah Zuya berterima kasih? Atau haruskah Dia tertawa?

Rotasi bola matanya membuat Milona mengernyit sebal. Dia bertanya-tanya. Kenapa Zuya sama sekali terganggu atas usahanya.

Zuya berdiri, membiarkan George dan Fred mengamatinya. Sepotong roti Ia ambil. Menyodorkannya pada Wilona.

"Eh? Apanih?"

Zuya tertawa. "Zuya bikin, hehe."

Wilona tersenyum. Dia membuka mulutnya dan mengunyah roti pemberian Zuya.

Mengusap helaian rambut Zuya. Wilona mengusaknya. "Pinter banget sih?! Huh!"

Gemas rasa Wilona mendapatkan perilaku Zuya. Dia tahu anak itu sekarang bukan anak kecil lagi.

Bukan balita yang terus-terusan akan terlihat lucu.

Namun sulit bagi mereka untuk sekedar menghilangkan pemikiran itu. Itu tidak adil. Karna Wilona terus tersiksa akan keimutan sang adik.

Wilona menarik Zuya ke dalam pelukannya. Memeluk erat dan menciumi pipinya.

Di mana Zuya hanya bisa pasrah akan di buatnya.

George dan Fred yang merasa sebagai pemiliknya menyipitkan matanya.

'Itu ... cowok gue anjing!'

Atau seperti Milona yang wajahnya memerah. Wilona bahkan tak mau menyentuhnya yang merupakan kembarannya.

Lalu mengapa dengan orang itu Wilona amat sangat senang melakukan skinship? Bukankah itu tidak adil?

Bagaimana dengan Andy yang sekarang maju dan menerjang keduanya sebagai landasan.

Mumpung kedua bajingan itu tak berada di sisi Zuya. Pikirnya.

Tak lupa Max dan Leon. Yang baru saja turun dari kamarnya masing-masing.

"What is that for?" Ujar Max bertanya-tanya.

Meski begitu. Dia tak menyia-nyiakan waktu baginya untuk lupa menerjang Zuya.

Memeluk erat adiknya. Meski sedikit terhalang Wilona dan Andy yang merengut kesal.

Tangan Zuya terangkat di udara. Meminta perhatian para Kakaknya. Dan kemudian mereka melepas pelukan satu persatu.

"Zuya mau sekolah ih! Malah peluk-peluk!" Ujarnya dengan suara marah.

Namun bukannya mengambil serius. Semua orang tertawa, yah terkecuali Milona tentu saja.

"Ayo, sayang."

Zuya itu selalu di perebutkan di manapun dia berada. Maka dari itu, Andy sedikit berlari.

Ziya berdiri di dekat sofa. Andy berdiri di depannya. Sedangkan yang mengaku sebagai 'pacarnya' itu berdiri di depan Andy.

"Zuya sama gue."

Azura (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang