IX

1.5K 133 9
                                    


..



Azura berlari dengan tangan yang memegang perutnya, karna terasa memberatkan bagi tubuhnya hingga sulit bergerak.

Matanya yang selalu meliar berusaha lebih teliti menghindari siapapun yang tengah mengincarnya atau mendapatkannya kembali.

Azura menahan rasa nyeri pada perut bagian bawahnya. Sesak nafas yang mengelabuinya, memaksanya untuk menghentikan gerakan buru-burunya.

Keringat mulai mengucur dari sudut-sudut tubuhnya.

Kenapa harus? Kenapa harus Azura melakukan hal-hal seperti ini? Bukankah ini seperti permainan petak umpet.

Jika mereka tidak sanggup mengasuhnya, bukannya sudah benar jika dia pergi?

Jika sejak awal kehadirannya sebuah mainan, bukannya sudah benar jika Azura pergi saja dan menghilang dari pandangan mereka?

Lalu kenapa mereka harus merasa terganggu dan menyia-nyiakan waktunya untuk menjemputnya kembali?

Lalu kenapa? Apakah harus Azura merelakan hak-hak kebebasannya? Jika tidak? Itu bukan seperti merekalah pemilik tubuh ini.

Azura punya suara untuk di dengarkan. Azura punya suara untuk di tujukkan bahwa dia bukanlah makhluk fana yang hanya bisa di  kagumi.

Dia ingin hidup normal. Seperti remaja lainnya, seperti manusia-manusia lainnya.

Melihat jauh masa lalu, sepertinya dia tidak pernah memiliki suara untuk di dengarkan. Benarkan sebenarnya dia tidak pantas memiliki suara?

Jadi? Harus seberapa jauh dia memaklumi nasib buruknya?

Ketika merasa tempat yang di lewatinya makin asing, Azura harus menyembunyikan diri saat melihat siluet pria yang sedang di hindarinya.

Coba tebak, Azura akankah tertangkap. Atau lolos kali ini dengan doa yang tengah di panjatkan dengan suara lirihnya?

Berdoa semoga kali ini, kali ini saja dia lolos dan bisa pergi jauh dari mereka agar tidak di temukan lagi. Seberapa mahal biaya yang harus di bayarnya untuk bisa lolos dengan ini.

Berurusan dengan manusia-manusia hebat seperti mereka memang sangat menyulitkan. Seperti. Dia adalah buron yang sedang di kejar untuk di adili. Kira-kia begitu?

Menyembunyikan hal-hal penting dalam hidupnya. Azura menahan nafas saat keberadaan pria sedang mendekat ke arahnya bersembunyi.

Berdoa terus dalam batinnya. Bergelut untuk segera kabur dari sini atau diam saja.

"Zoya sayang~ sini keluar yuk." Keringat mengguyur tubuhnya. Memberi signal tubuhnya untuk segera menenangkan diri.

"Zoya? Kamu ngga mau keluar sekarang sayang?"

Kenapa begitu percaya diri Fred bahwa Azura tengah bersembunyi di sini? Sekedar kejahilan? Ataukan intuisi yang sedikit tajam?

Azura melangkah mundur dengan ragu, nafasnya yang tak nyaman di cobanya untuk lebih stabil. Namun ketika perhatiannya sedang tertuju pada Fred. Mulutnya di sekap dari belakang.

Azura (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang