21.

7.2K 706 44
                                    



-Ngga ada toleransi buat siapapun yang masih di bawah umur buat baca buku gue. Terserah kalian mau apa. Kalo ngeyel jangan buka akun gue.

Ngga ada yang bisa di benarkan dengan siapapun yang baca buku semi dewasa romantic di bawah umur. Toh, ngga ada untungnya juga buat kalian.

Jadi, Gue kasih peringatan. Tolong.

Jangan.

Gue, buat buku bukan buat kalian yang masih di bawah umur. Jadi please jangan ngeyel.

..

Zuya memang tak menyangkal perasaannya pada George sekarang. Tapi untuk klaim menjadi seorang kekasih untuknya, itu sedikit jauh dari pemikirannya dan-

Zuya merasa segalanya berjalan serba tiba-tiba.

1 minggu lagi menuju 1 bulannya berada di sini. Namun 2 Orang sudah mengklaimnya sebagai kekasih bahkan saat Zuya tak pernah mendengar pengakuan dari mereka.

Atau ajakan menjalin hubungan, misalnya.

"Kenapa tiba-tiba jadi pacar?"

Zuya berbisik pada George yang mendekatkan telinganya.

Di hadapan semua Orang. Wajah Zuya sangat sulit di kondisikan. Rosa yang melihatnya tentu sadar.

"Pah- Ayo ke atas. Bahas Obligasi kemaren."

Menarik lengan sang suami. Semua Orang beruntungnya ikut pergi. Meninggalkan mereka berdua.

George mengangkat tangannya. Membawanya memasuki sela-sela helaian rambut dengan hangat selaras menangkup telinga Zuya.

Zuya mengikuti arah tangan George. Memejamkan mata saat merasa itu nyaman.

Ketika Dia membuka mata. George sudah ada di depannya. Tentu saja Zuya terkejut di buatnya.

Namun Dia hanya terpaku.

Seperti Dia yang tak bisa menyangkal perasaanya.

Seperti Dia yang tak bisa menyangkal pengakuan tak masuk akal dari keduanya.

Zuya berada di ambang keheningan, saat George mulai menyatukan bibir keduanya di bawah sinar lampu yang sudah remang. Zuya mendapati dirinya tak bisa menolaknya.

Kesulitan, hingga rasanya. Jantung miliknya akan meledak kapan saja.

Apakah hanya dirinya yang merasakan ini saja?

Apa George merasakan hal yang sama?

Gila. Zuya merasa gila.

Rasanya seolah Dia akan gila sebentar lagi.

Zuya tak bisa bernafas atas tindakan keduanya yang tengah menyatukan kedua bibir dan lidah yang terus bergelut.

"Ngh."

Tubuhnya di angkat. Zuya tak tahu kemana George akan membawanya. Meski begitu, Dia tak bisa bertanya karna ciuman itu, terasa menyenangkan.

"Kamar Kamu sebelah mana?"

Deru nafas George terdengar kasar dan berat. Zuya mengatur nafasnya dengan pelan.

Kepalanya mendekat pada dada George. Dan berbisik. "Di atas. Belok kiri tepat tangga."

Bahkan saat menaiki tangga. Mulut keduanya tak terlepas. Zuya di buat kehilangan akal.

Ketika suara denting knop pintu terdengar. Zuya segera terbanting bersama George di atas material empuk.

Azura (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang