30. Mengakuinya

9.2K 422 1
                                    

Happy Reading ♥️
.
.
.

Nazea dan Keanel masuk ke dalam bangunan tersebut. Seperti yang Zea tebak, bangunan tersebut memang sebuah restoran yang mewah.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" Sambut seorang Pelayan.

Keanel mengangguk dan membicarakan sesuatu dengan pelayan itu tanpa Zea pedulikan.

"Mari ikut saya Tuan dan Nyonya."

Mereka berdua di arahkan di meja lantai 2 bagian pinggir dekat jendela.

"Silahkan duduk Tuan dan Nyonya."

Tanpa pikir panjang Nazea seger duduk mendahului Keanel. Keanel yang melihat itu hanya dapat geleng-geleng.

Pelayan itu memberikan buku menu pada Nazea dan Keanel. Nazea melihat buku menu yang terlihat mewah di matanya, ia membukanya dan syok. Apa-apaan ini? Kenapa makanannya harganya di luar gaji Zea!?

Keanel segera memesan beberapa makanan, ia melirik ke arah Zea yang terlihat kesal melihat buku menu itu. Persis seperti dulu saat Nazea pertama kali ke restoran ini. Nazea juga melakukan hal yang sama.

"Ekhhhh!" Pekik Zea.

Keanel merebut buku menu yang di pegang Nazea. Lalu mengembalikan pada pelayan. Pelayan itu mebungkuk lalu pergi.

"Hei! Aku belum memesan sesuatu!" Seru Zea, ia belum memesan menunya mengapa sudah di kembalikan.

Keanel melipat kedua tangannya di dada lau bersandar pada sandaran kursi. "Karena aku tau Kau tidak akan memesan salah satu makanan itu setelah melihat harganya."

Nazea memutar bola matanya malas, apa-apaan pria ini. Apa Nazea di sini hanya untuk menemaninya makan? Apa Nazea hanya menjadi pajangan? Apa-

"Hentikan pikiran burukmu itu! Aku sudah memesankan makanan yang cocok di lidahmu!"

"Benarkah!? Memangnya kau tau apa he!?" Nazea jadi kesal.

"Tentu saja aku tau! Kau adalah istriku, meski aku sibuk, aku maish bisa mengingat sebagian apa yang kau suka."

Nazea mengedikan bahunya acuh, entah kenapa ia jadi merasa dejavu. Terserah lah, yang pasti ia akan makan dan itu gratis. Eh, tunggu... Apa dia akan membayar semua makanannya sendiri!? "Apa...... Kau yang traktir?"

Keanel yang membuka ponselnya menoleh, kenapa Zea masih bertanya. "Tentu saja, aku ini masih suamimu."

"Tapi aku masih merasa asing!" Kesal Zea tidak mau kalah.

Keanel menghembuskan nafas lelah. "Sudah lah... Aku tidak ingin berdebat hanya karena makanan."

Nazea akhirnya diam dan menatap ke sekeliling yang menurutnya sangat mewah. Wah... Apa ia dulu menikmati kemewahan ini? Jujur saja, karena ia lupa dengan ingatannya ia jadi agak katrok. Membicarakan soal terlihat katrok Nazea teringat denga pakaiannya, Nazea memandang pakaiannya. Celana Kain longgar dan kaos obong di lapisi jaket.

Kenapa Zea baru sadar, hah... Stylenya tidak cocok sekalih dengan kemewahan di tempat ini. Tapi ya sudah lah, terlanjur juga.

Nazea jadi ingat, ia ingin membicarakan sesuatu. "Hei!" Panggil Zea pada Keanel yang tengan memperhatikan tingkahnya.

Keanel menaikan sebelah alisnya seperti bertanya 'Apa?'

"Apa kau yang membuatku di pecat dari rumah Mie ha! Kau tau, itu salah satu pekerjaan yang memiliki gaji yang tinggi kau tau!"

Comeback ✔️ [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang